kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerbitan surat utang korporasi turun 49,30% pada semester I-2020


Kamis, 16 Juli 2020 / 13:43 WIB
Penerbitan surat utang korporasi turun 49,30% pada semester I-2020
ILUSTRASI. Hingga akhir Juni, jumlah surat utang korporasi yang diterbitkan hanya sebesar Rp 30,03 triliun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang mengakibatkan perlambatan ekonomi dan memburuknya kinerja perusahaan pada akhirnya turut berdampak pada penerbitan surat utang korporasi. Adapun surat utang korporasi ini meliputi, obligasi, sukuk, sekuritisasi, serta medium term notes (MTN).

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), tercatat jumlah penerbitan surat utang korporasi menyusut pada semester satu kemarin. Hingga akhir Juni, jumlah surat utang korporasi yang diterbitkan hanya sebesar Rp 30,03 triliun.

Dari jumlah tersebut, penerbitan obligasi masih menjadi penyumbang paling besar yakni sebesar Rp 25,89 triliun atau 86,21% dari keseluruhan. Setelah itu disusul oleh sukuk yang jumlahnya Rp 2,26 triliun atau 7,53%. Sementara sekuritisasi sebesar Rp 1,13 triliun atau 3,76%. Lalu penerbitan MTN jadi yang paling kecil sebesar Rp 748 miliar atau 2,50%.

Baca Juga: Penerbitan surat utang perusahaan pembiayaan turun 54,38% yoy pada semester I-2020

Head of Division Corporate Rating Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Niken Indriarsih menyebut, jumlah tersebut turun 49,30% secara year on year. Pada periode yang sama tahun 2019, jumlahnya mencapai Rp 59,23 triliun.

Tak hanya jumlahnya yang berkurang, pada semester satu kemarin juga banyak perusahaan yang peringkat dan outlook-nya dipangkas oleh Pefindo.

Niken mengatakan pandemi virus corona dan perlambatan ekonomi telah berdampak pada penurunan likuiditas, adanya restrukturisasi, hingga mengganggu arus kas mayoritas perusahaan.

“Ini yang pada akhirnya membuat beberapa perusahaan mengalami penurunan rating atau outlook, atau keduanya, tergantung sejauh mana perusahaan tersebut punya buffer. Belum lagi, kalau ada perusahaan yang harus mendapatkan likuiditas dari pihak ketiga, ini meningkatkan risiko mereka dalam membayar kewajiban pokok,” ujar Niken pada acara Press Release Pefindo, Kamis (16/7).

Baca Juga: BI disarankan pangkas suku bunga acuan 25 bps, ini pertimbangannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×