Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel diperkirakan semakin semarak di tahun depan. Besarnya nilai jatuh tempo SBN di 2025 menjadi pendorongnya.
Adapun sepanjang tahun ini, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menawarkan sebanyak delapan SBN ritel. Issuance itu meningkat dari tahun 2023 sebanyak tujuh produk.
Hanya saja dari nilainya berpotensi sedikit lebih di atas dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 147,44 triliun. Mengacu data DJPPR, nilai penerbitan SBN ritel dari tujuh produk sebesar Rp 128,1 triliun.
Baca Juga: SBN Masih Menjadi Primadona bagi Asuransi Jiwa dalam Menempatkan Investasi
Adapun seri ST013 menjadi yang terakhir diterbitkan dan akan ditutup pada Rabu (4/12). Nah, berdasarkan data salah satu mitra distribusi, hingga Selasa (3/12) pukul 19.24 WIB, penjualan ST013 sebesar Rp 19,16 triliun dari total kuota Rp 20 triliun.
Jika mengacu pada penjualan hari ini, maka nilai penerbitan SBN ritel di 2024 akan mencapai Rp 147,26 triliun, atau sedikit di bawah tahun lalu. Sementara, jika kuota terpenuhi maka hasilnya juga sedikit di atas tahun lalu sebesar Rp 148,10 triliun.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto menilai kuota ST013 akan terpenuhi. "Karena kuponnya menarik dan dari pajak lebih rendah sehingga ini menarik bagi masyarakat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (3/12).
Untuk tahun depan, Ramdhan juga berpandangan issuane SBN ritel akan semakin semarak. Bahkan, Fixed Income dan Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi menilai tahun depan pasar obligasi berisiko oversupply.
Lionel menuturkan hal tersebut disebabkan potensi penerbitan SBN hingga Rp 1.330 triliun lantaran nilai SBN jatuh tempo yang besar. Adapun jatuh tempo SUN sebesar Rp 546 triliun dan valas Rp 130 triliun.
"Jadi, penerbitan SBN ritel dapat mencapai Rp 140 - Rp 180 triliun dari total penerbitan tersebut," terangnya.
Untuk potensi kuponnya, Lionel memperkirakan akan mengalami penurunan. Sebab, ada potensi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) di 2025 hingga 50-75 basis poin (bps).
Dus, kupon SBN ritel diproyeksikan akan berkisar direntang 5,3%-5,5%. Adapun rentang penawran kupon di tahun ini berkisar 6,3%-6,5%.
Baca Juga: Meski Bunga Mulai Turun, Kepemilikan Perbankan dI Instrumen SRBI Tetap Menanjak
Ramdhan lebih optimis, menurutnya rentang kupon masih akan berkisar di level saat ini. Bahkan, berpotensi sedikit meningkat. Ini bercermin dari yield SUN 10 tahun yang masih bertahan dikisaran 6,8%-6,9%.
Masih bertahannya yield di level atas akibat kekhawatiran pasar terhadap kebijakan Trump. Menurutnya, kebijakan Presiden AS yang ke-47 itu berpotensi mendorong inflasi sehingga menahan potensi suku bunga acuan.
Ditambah masih belum jelasnya kondisi geopolitik, baik di Timur Tengah maupun antara Rusia-Ukraina. Selain itu, pemerintah dalam RABPN 2025 juga mematok target yield di 7,1%.
Dus, proyeksi kupon di tahun depan akan berkisar di 6,5%-6,6%. Sementara jika suku bunga acuan turun, maka potensi kupon akan direntang 6,25%-6,5%.
Selanjutnya: Ini Gambaran Pasar Rumah Tapak di Jabodetabek Menurut Riset Leads Property:
Menarik Dibaca: Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Pantau Kepatuhan Kewajiban Uji Emisi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News