kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerapan PSAK 72 di tengah Covid-19, bagaimana prospek emiten properti?


Senin, 11 Mei 2020 / 16:10 WIB
Penerapan PSAK 72 di tengah Covid-19, bagaimana prospek emiten properti?
ILUSTRASI. Stan pengembang perumahan dan apartemen Ciputra Group saat pameran properti REI Expo di Jakarta Convention Center (06/04/2016). KONTAN/Daniel Prabowo


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah penyebaran Covid-19, emiten properti juga mulai menerapkan PSAK 72 mengenai pengakuan pendapatan apabila sudah serah terima unit. PSAK 72 diperkirakan bakal berdampak pada pengembang properti gedung bertingkat (high-rise).

Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika Hapsari menjelaskan, meski berdampak namun penerapan PSAK 72 yang telah direncanakan penerapannya sejak tahun lalu harusnya mampu diantisipasi pengembang untuk menyusun strategi penjualan terkait proyek-proyek mana yang mampu dicatatkan penjualannya lebih cepat.

Baca Juga: Ciputra Residence raup Rp 55 miliar melalui penjualan online dalam sehari

Perusahaan properti dengan penjualan yang didominasi pada properti high rise akan lebih terdampak penerapan PSAK 72 dibandingkan dengan perusahaan properti yang penjualannya didominasi landed-house dari segi pencatatan pendapatan.

Namun di tengah wabah Covid-19 ini, pertumbuhan angka penjualan pada properti landed house pun tidak mudah, karena masyarakat cenderung menyimpan uangnya untuk keperluan pokok seperti makanan. Hal tersebut menyebabkan kenaikan potential loss baik pada emiten dengan dominasi penjualan segmen high rise maupun landed house.

“Dalam masa pandemi ini, saya proyeksikan pendapatan dan laba emiten properti dapat tertekan sebesar 7% hingga 15% secara rata-rata,” jelas Ajeng kepada Kontan, Senin (11/5).

Prospek emiten properti masih akan sulit tumbuh selama masa pandemi ini, terlebih dengan emiten yang pendapatannya didominasi oleh properti high rise.

Baca Juga: Pakuwon Jati (PWON) bukukan kenaikan laba 7,09% di 2019

Alasannya, lanjut Ajeng, pemberlakuan PSBB membuat kantor, mall hingga apartemen sepi. Namun, hingga saat ini OJK telah mengeluarkan kebijakan relaksasi kredit, termasuk KPR dengan periode April hingga September 2020. Kebijakan ini diharapkan dapat menstimulasi pergerakan ekonomi dan sektor properti.

Dus, Ajeng merekomendasikan beli saham CTRA dengan target harga Rp 780 dalam satu tahun ke depan. Adapun harga CTRA hari ini ditutup menguat 2,91% di level Rp 530.

"Total pendapatan Ciputra Development yang didominasi 83% dari penjualan landed house, sisanya 17% dari high rise meminimalisir dampak penerapan PSAK 72 pada penurunan pendapatan tercatat," jelasnya.

Baca Juga: Direktur utama ENVY mengundurkan diri, ini klarifikasi manajemen

Selain itu, pada 2020 dan selama masa pandemi ini CTRA akan fokus pada penjualan properti menengah ke bawah dan properti existing seperti CitraRaya Tangerang, Citra Maja Raya, juga sementara menahan peluncuran proyek baru hingga keadaan Kembali normal.

CTRA pun masih menunjukkan penguatan pada kuartal I-2020 dengan kenaikan marketing sales 2,7%  sebesar Rp 1,14 triliun, memenuhi 17,01% dari target marketing sales tahun ini sebesar Rp 6,7 triliun
bene

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×