Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Di samping itu, dolar AS terus kuat seiring ketidakstabilan global mengenai suku bunga acuan The Fed dan ketegangan politik global. Namun demikian, rupiah akhir-akhir ini bisa keluar dari zona pelemahan ditenggarai atas penjelasan dari Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan Tim Ekonomi Presiden terpilih tentang kondisi fundamental ekonomi RI.
“Sri Mulyani menilai, perekonomian RI masih cukup resilien di tengah tantangan global. Namun, di tengah turbulensi global, Indonesia dituntut untuk mempertahankan kebijakan fiskal yang baik agar tidak menjadi sumber ketidakpastian,” imbuh Nanang.
Menurut Nanang, rupiah masih berpotensi lanjutkan penguatan di tengah indeks dolar cenderung melemah jelang rilisan data PDB dan PCE core Index AS yang dijadwalkan rilis pekan ini. Prospek perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Amerika dan inflasi bisa pengaruhi langkah pengetatan Fed yang sampai saat ini masih kuat.
Baca Juga: Asing Tinggalkan Pasar Indonesia, Begini Respons Gubernur BI
“Bila kondisi ekonomi Amerika makin melambat dari variabel ekonomi utama bisa goyah, maka suku bunga akan dikurangi,” tuturnya.
Josua turut melihat rupiah masih akan dalam tren penguatan. Dalam jangka pendek, sentimen kondisi fiskal Indonesia ini diperkirakan akan mendukung pergerakan Rupiah dan pasar domestik.
Josua memperkirakan, nilai tukar Rupiah bergerak di kisaran Rp 16.325 - Rp 16.425 per dolar AS pada perdagangan besok Selasa (25/6). Sedangkan, Nanang memperkirakan Rupiah esok akan menguat di kisaran Rp16.335 per dolar AS - Rp 16.450 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News