kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendapatan Vale (INCO) Tumbuh Saat Harga Nikel Lesu, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?


Jumat, 27 Oktober 2023 / 17:15 WIB
Pendapatan Vale (INCO) Tumbuh Saat Harga Nikel Lesu, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?
ILUSTRASI. PT Vale Indonesia Tbk (INCO). REUTERS/Yusuf Ahmad/File Photo


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berhasil mengalami pertumbuhan, yang tercermin dari naiknya pendapatan dan laba bersih sepanjang periode sembilan bulan pertama 2023. Namun, pertumbuhan kinerja keuangan INCO terjadi di tengah lesunya harga nikel.

Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer INCO menyebut, harga realisasi jual rata-rata alias average selling price (ASP) pada sembilan bulan pertama 2023 sebesar US$ 18.596 per ton, menurun sebesar 6% bila dibandingkan dengan harga realisasi rata-rata pada periode yang sama tahun lalu yakni US$ 19.703 per ton nikel. 

Sementara di kuartal ketiga 2023 sendiri ASP nikel INCO tercatat sebesar US$ 16.204 per ton alias menurun 10% secara year-on-year (YoY) yakni US$ 17.967 per ton.

Meskipun terjadi penurunan harga, Irmanto menyebut INCO berhasil mencatat peningkatan penjualan sebesar 7% selama sembilan bulan pertama 2023  yakni sebesar 50.435 ton nikel dalam matte. Sebagai perbandingan, volume penjualan di periode yang sama tahun sebelumnya hanya 44.347 ton nikel matte. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan volume pengiriman nikel dalam matte.

Baca Juga: Sektor Kesehatan Menguat di Tengah Tekanan pada IHSG, Cek Saham Rekomendasi Analis

Alhasil, konstituen Indeks Kompas100 ini membukukan pendapatan senilai US$ 937,89 juta per kuartal III-2023. Realisasi ini naik 11,9% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 873,77 juta.

Naiknya pendapatan INCO sejalan dengan kenaikan tingkat produksi nikel matte hingga kuartal III-2023. Sepanjang Sembilan bulan pertama 2023, INCO memproduksi 51.644  ton nikel dalam matte. Realisasi ini naik 17,6% dari produksi di periode yang sama tahun lalu yang hanya 43.907 ton nikel dalam matte.

Di sisi lain, sejumlah beban INCO terpantau naik, salah satunya beban pokok pendapatan meningkat 6% menjadi sebesar US$ 650,9 juta bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar US$ 614,69 juta. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh konsumsi bahan bakar dan biaya-biaya terkait.

Alhasil, produsen nikel matte ini membukukan laba bersih senilai US$ 221,08 juta atau naik 31,29% dari posisi di periode yang sama tahun lalu sebesar US$168,38 juta.

Adapun INCO optimistis untuk mencapai target produksi setahun penuh pada tahun ini di kisaran 70.000 ton nikel dalam matte. Optimisme ini berkaca pada moncernya kinerja operasional INCO per akhir September 2023.

Irmanto meyakini kinerja INCO tahun ini akan cukup baik, walaupun memang harga nikel tidak setinggi tahun lalu. Selain didukung oleh kinerja produksi yang membaik, INCO juga melakukan sejumlah strategi, salah satunya beralih (switching) ke batubara, yang menjadi salah satu upaya untuk mengontrol biaya energi.  

Irmanto menyebut, fleksibilitas penggunaan  batubara dan minyak adalah salah satu keunggulan operasional yang dimiliki oleh INCO.

Selain mengontrol penggunaan batubara dan minyak, INCO juga memiliki beberapa inisiatif seperti mengurangi intensitas energi per ton nikel, serta mengoptimalkan proporsi penggunaan batubara dengan nilai kalori rendah dengan batubara kalori tinggi dalam proses produksi.

Baca Juga: Kinerja Unilever Indonesia (UNVR) Berpotensi Membaik, Simak Rekomendasi Analis

Menyusul penandatanganan perjanjian definitif dengan Huayou dan Ford pada 30 Maret 2023, INCO mengumumkan penyelesaian evaluasi dan persetujuan Dewan Komisaris atas tambang Pomalaa dengan investasi senilai US$ 925 juta yang akan memasok bijih ke Pomalaa  High Pressure Acid Leaching (HPAL). Hal ini nantinya ditujukan untuk mendukung rantai pasokan kendaraan listrik di Indonesia.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menyematkan rating overweight di sektor nikel. Hasan memperkirakan harga nikel kelas 1 seperti  Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), nikel sulfat (NiSO4), dan nikel matte serta dan nikel kelas 2 akan stabil di sisa tahun ini, di tengah ekspektasi peningkatan permintaan dari industri stainless steel dan prekursor baterai listrik.

Dus, di tengah ekspektasi stabilnya harga nikel dan margin, Hasan melihat kinerja emiten sektor nikel di paruh kedua 2023 akan lebih didorong oleh peningkatan volume produksi. Hasan merekomendasikan buy saham INCO dengan target harga Rp 7.000.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×