Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) meningkat di paruh pertama 2023. Terbit 31 Juli 2023 lalu, laporan keuangan interim NCKL menunjukkan, pendapatan naik 88,74% secara tahunan atau year-on-year (YoY) menjadi Rp 10,24 triliun di semester I 2023. Sebelumnya, pendapatan konsolidasi NCKL berjumlah Rp 5,42 triliun di semester I 2022.
Dalam keterangan tertulisnya, Sekretaris Perusahaan Trimegah Bangun Persada Franssoka menerangkan bahwa lini produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL) perusahaan mencatatkan kenaikan penjualan 22%. Penjualan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) naik dari semula 19.588 ton kandungan nikel di semester I 2022 menjadi sebesar 23.969 ton kandungan nikel di semester I 2023.
“Kami juga membukukan kenaikan volume penjualan feronikel menjadi 37.756 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2023, atau naik 171% dari 13.910 ton kandungan nikel di semester pertama tahun 2022,” tulis Franssoka, Rabu (2/8).
Baca Juga: Trimegah Bangun Persada (NCKL) Lanjutkan Ekspansi Pabrik Nikel
Di saat yang sama, kenaikan pendapatan NCKL juga dibarengi oleh kenaikan pengeluaran di sejumlah pos beban. Beban pokok penjualan, misalnya. Tercatat, pengeluaran NCKL pada pos beban ini naik 177,41% menjadi Rp 6,74 triliun di semester I 2023. Sebelumnya, beban pokok penjualan NCKL tercatat sebesar Rp 2,43 triliun di semester I 2022.
Kenaikan pengeluaran juga dijumpai pada beban penjualan, umum, dan administrasi naik yang naik 89,62% dari Rp 396,68 miliar di semester I 2022 menjadi Rp 752,22 miliar di semester I 2023, serta biaya keuangan naik 186,62% dari Rp 99,54 miliar di semester I 2022 menjadi Rp 285,33 miliar di semester I 2023.
Namun, setelah dikurangi pengeluaran pada berbagai pos beban, NCKL mengantongi laba periode berjalan Rp 3,20 miliar di semester I 2023. Angka tersebut naik 1,55% dibanding realisasi laba periode berjalan semester I 2022 yang berjumlah Rp 3,15 miliar. Hanya saja, laba bersih NCKL turun 14,65% dari Rp 3,21 miliar di semester I 2022 menjadi Rp 2,74 miliar di semester I 2023.
Franssoka berujar, perusahaan menargetkan produksi sebesar 50.000 ton–52.000 ton kandungan nikel untuk produk MHP dan 90.000 ton kandungan nikel untuk produk feronikel di tahun 2023.
“Kami juga mempunyai rencana untuk mengkonversi sebagian produk MHP menjadi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat di tahun 2023,” tutur Franssoka.
Baca Juga: Harga Nikel Melandai, Cermati Rekomendasi Analis
Pengamat pertambangan, Bisman Bakhtiar, menilai bahwa kinerja NCKL cukup baik di paruh pertama. Hanya saja, kondisi di paruh kedua bakal cukup menantang bagi perusahaan nikel, termasuk NCKL.
“Untuk semester kedua bisa menjanjikan namun tidak bisa berharap terlalu besar, karena juga dipengaruhi faktor umum atau eksternal,” ujar Bisman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (2/8).
Menurut Bisman, Industri nikel di tahun 2023 memiliki prospek yang kurang bagus dan memiliki banyak tantangan, salah satunya yakni permintaan pasar yang menurun. Walhasil, kinerja industri nikel secara umum hingga akhir tahun berpotensi stagnan dan cenderung menurun tipis.
Meski begitu, kondisi ini, menurut Bisman, bisa berubah jika ada sejumlah hal, misalnya saja percepatan pengembangan industri baterai dan kendaraan listrik, terjadi peristiwa global yang potensial mempengaruhi harga, ataupun hal-hal lainnya yang bisa mendongkrak permintaan dan mendorong kenaikan harga.
“Maka khusus NCKL jika mampu menaikkan kinerja produksi dan didukung faktor eksternal tersebut akan menjanjikan,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News