Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencarian dana di pasar modal mulai ramai seiring bangkitnya kondisi ekonomi. Dari awal tahun sampai hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah kedatangan 12 perusahaan baru yang melakukan penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO), dari target IPO sebanyak 54 emiten pada 2021.
Bursa Efek Indonesia mencatat lima emiten yang melaksanakan rights issue dengan total nilai emisi Rp 10,44 triliun. Berdasarkan data OJK, PT Bank Jago Tbk (ARTO) menjadi perusahaan dengan perolehan dana segar terbanyak sebesar Rp 7,05 triliun dari hajatan ini.
Selanjutnya, BEI juga mencatat kenaikan dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS). Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, penerbitan obligasi dan sukuk korporasi sepanjang kuartal I-2021 sudah mencapai 19 emisi dengan total nilai sebesar Rp 20,58 triliun. Dibanding periode sama tahun sebelumnya, jumlah emisi tersebut meningkat 26,67% dan nilai emisi naik 9,23%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, meningkatnya pencarian dana di pasar modal tak lepas dari pemulihan ekonomi sejalan dengan program vaksinasi Covid-19. Dengan demikian, sejumlah emiten membutuhkan dana untuk kembali melakukan ekspansi ataupun memperpanjang utang yang jatuh tempo.
Baca Juga: Gelar rights issue, Summarecon Agung (SMRA) membidik dana Rp 1,5 triliun
“Pada tahun lalu ekspansi emiten kan tertunda karena aktivitas yang dibatasi, dengan mulai membaiknya ekonomi maka perusahaan sudah mulai mempersiapkan pendanaan untuk ekspansi,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Rabu (7/4).
Nah, pencarian dana di pasar modal menjadi salah satu alternatif bagi perusahaan. Menurut Wawan, mencari dana segar melalui penerbitan saham menarik lantaran emiten tidak perlu memikirkan bunga serta pengembalian dana tersebut.
Dengan demikian, perusahaan banyak yang menghimpun dana melalui IPO ataupun rights issue. Hanya saja, kata Wawan, memang rights issue yang digunakan untuk membayar utang prospeknya tak semenarik dengan penggunaan dananya untuk mengembangkan bisnis. “Minusnya paling terkait saham pengendali harus diatur agar bisa tetap menjadi pengendali dan jatah dividen akan berkurang,” tambah dia.
Baca Juga: Bakal rights issue, simak rekomendasi saham Sarana Meditama Metropolitan (SAME)
Sementara itu, Wawan menerangkan penerbitan obligasi juga menjadi salah satu pendanaan yang menarik karena saat ini suku bunga masih cenderung rendah. Sampai kuartal pertama 2021, suku bunga acuan Bank Indonesia masih bertahan pada level 3,50%.
Wawan memandang pencarian dana di pasar modal ini masih akan terus meningkat ke depan. Pasalnya, kebutuhan pendanaan emiten masih sangat besar seiring proyeksi aktivitas bisnis dapat berjalan kembali normal. “Untuk memulainya, emiten membutuhkan dana. Pilihannya bisa juga minjam ke bank, atau IPO untuk perusahaan yang belum terbuka,” imbuhnya.
Dalam catatan Kontan, per Februari 2021 pertumbuhan kredit perbankan masih kontraksi sebesar 2,15% secara year on year (yoy) menjadi Rp 5.419,1 triliun. Wawan menilai pendanaan kredit bank turun lantaran saat ini perbankan cenderung lebih selektif dalam mengucurkan fasilitas kredit. Proses pendanaan kredit bank yang cukup lama dan perbankan yang kian selektif juga menjadi salah satu pendorong meningkatnya pencarian dana di pasar modal.
Baca Juga: Bank kecil masih terus mempersiapkan rencana penambahan modal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News