kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Penawaran masuk pada lelang sukuk Selasa (19/10) diproyeksi mencapai Rp 40 triliun


Minggu, 17 Oktober 2021 / 09:31 WIB
Penawaran masuk pada lelang sukuk Selasa (19/10) diproyeksi mencapai Rp 40 triliun
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk pada Selasa (19/10). Pada lelang kali ini, pemerintah kembali memasang target indikatif sebesar Rp 5 triliun.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, tekanan net sell yang terjadi dalam sebulan terakhir berpotensi menekan minat lelang sukuk pekan depan. Fikri juga tak menampik turunnya target serapan pemerintah juga memberi pengaruh terhadap minat lelang sukuk.

Hanya saja, menurutnya, lelang sukuk secara peminat lebih stabil dibanding lelang SBN. Ia mencontohkan bagaimana lelang SBN yang sebelumnya bisa mendapatkan nilai penawaran Rp 80 triliun - Rp 90 triliun, harus turun menjadi Rp 50 triliun. Sementara sukuk penurunannya tidak terlalu dalam.

“Jadi, walaupun secara target indikatif hanya Rp 5 triliun, jumlah penawaran yang masuk bisa mencapai Rp 30 triliun - Rp 40 triliun,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Jumat (15/10). 

Baca Juga: Minat investor dalam lelang sukuk Selasa (19/10) diperkirakan turun, ini sebabnya

Sementara Fikri meyakini yield masih akan cukup stabil seiring adanya sentimen tarik-menarik. Dari luar, aksi net sell bisa jadi sentimen negatif akan tetapi kuatnya investor domestik akan jadi sentimen positif dari dalam negeri mengingat posisi perbankan yang masih akan dominan.

“Permintaan kredit dari sisi perbankan pertumbuhan belum signifikan, jadi perbankan masih akan cari alternatif lain di SBSN karena likuiditas yang besar sehingga bisa menahan penurunan yield,” katanya. 

Ke depan, Fikri meyakini prospek penerbitan surat utang, baik itu SBN maupun SBSN akan cenderung dibatasi. Apalagi, per akhir September, realisasi penerbitan SBN neto pemerintah sudah mencapai Rp 614,7 triliun atau 73% dari target neto sebesar Rp 879,5 triliun.  

Menurutnya jika pemerintah bersikap moderate, berdasarkan hitungannya target tersebut bisa tercapai pada akhir Oktober atau awal November. Oleh karena itu, kemungkinan besar pemerintah akan cenderung mengulur-mengulur penerbitan dengan menahan diri tidak menyerap secara jor-joran. 

Menurutnya saat ini realisasi belanja pemerintah lebih rendah. Lalu ada Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) sekitar Rp 200 triliun. Ditambah lagi penerimaan PPH Migas akan tinggi karena naiknya harga komoditas energi.

“Dengan demikian penerbitan surat utang pemerintah secara mingguan akan kecil dan tidak jor-joran. Kalau sampai berlebih malah justru akan jadi beban tambahan bagi pemerintah ke depannya,” tutup Fikri.

Selanjutnya: Pemerintah akan gelar lelang sukuk pada Selasa (19/10), target indikatif Rp 5 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×