Reporter: Umi Kulsum | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penawaran yang masuk pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara yang digelar pada Selasa (7/3) berhasil mencapai Rp 12,34 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah menyerap dana sebesar Rp 6,10 triliun.
Nominal tersebut meningkat ketimbang total penawaran pada lelang SBSN sebelumnya. Dalam Lelang 21 Februari lalu, penawaran yang masuk hanya mencapai Rp 10,38 triliun dengan dana yang dimenangkan Rp 6,01 triliun.
Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama, menilai, penawaran yang masuk meningkat lantaran minat investor instrumen syariah masih sangat besar terhadap lelang kali ini. Memang, investor saat ini sedang menantikan keputusan rapat The Fed apakah akan menaikkan suku bunga atau tidak pada pertengahan bulan ini. Namun, hal itu yang menjadi alasan investor masih melirik seri SBSN dengan tenor pendek.
Meski begitu, ia menilai, meskipun data inflasi Februari lalu sebesar 0,23% masih terbilang rendah ketimbang bulan Januari lalu sebesar 0,97%, hal ini masih sesuai ekspetasi sehingga tidak ada kekhawatiran dari dalam negeri untuk menaikkan suku bunga.
"Tenor pendek masih menjadi pilihan karena dari segi risiko masih terbilang aman," ujarnya.
Menurut Wawan, kebutuhan atas instrumen syariah masih terbilang besar misalnya berasal dari reksadana syariah, asuransi syariah, dana pensiun syariah dan juga ada bank syariah.
"Demand akan selalu ada, bagaimana pemerintah mau menyerap berapa dan tentu juga tergantung kepada imbal hasil yang ditawarkan pemerintah. Selama itu menarik misalnya di atas deposito, target pemerintah akan tercapai," katanya.
Kemarin (7/3), rata-rata surat utang negara (SUN) mengalami kenaikan harga. Indonesia Composite Bond Index menunjukkan kenaikan 0,08% menjadi ke level 215,34 dibandingkan hari sebelumnya di level 215,17.
Pada lelang kemarin, ada lima seri sukuk yang ditawarkan. Pertama, seri SPNS08092017 di mana pemerintah memenangkan penawaran senilai Rp 2 triliun, dengan yield rata-rata tertimbang 5,58% dan imbalan diskonto. Surat utang ini jatuh tempo pada 8 September 2017.
Kedua, seri PBS013. Pemerintah mengambil Rp 1,69 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,14% dengan imbalan 6,25%. Sukuk ini jatuh tempo 15 Mei 2019. Ketiga, pemerintah mendapat Rp 930 miliar dari PBS014, dengan yield rata-rata tertimbang 7,43% dan imbalan 6,5%. Obligasi ini jatuh tempo 15 Mei 2021.
Keempat, PBS011. Pemerintah menyerap Rp 1,07 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,78% dan imbalan 8,75%. Instrumen ini jatuh tempo pada 15 Agustus 2023.
Kelima, seri PBS012. Pemerintah menyerap Rp 410 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,28% dan imbalan 8,87%. Seri ini akan jatuh tempo pada 15 November 2031.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News