Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
Michael mengatakan, JPFA biasanya akan tetap mengontrol produksi pakan ternak maupun ayam ketika permintaan di pasar sedang menurun. “Tapi JPFA tidak bisa mengurangi atau menambah produksi secara ekstrem mengingat bisnis mereka berkaitan dengan pengelolaan makhluk hidup,” ungkapnya.
Kinerja JPFA kemungkinan bisa tumbuh lebih optimal jelang akhir tahun nanti. Hal ini karena permintaan ayam akan kembali meningkat seiring kelangsungan libur akhir tahun.
Tak hanya itu, emiten anggota indeks Kompas100 ini juga mendapat stimulus berkat kehadiran pabrik baru yang membuat kapasitas produksi perusahaan meningkat dari 20.000 ton per bulan menjadi 40.000 per bulan.
Baca Juga: Kemendag: Impor ayam dari Brasil tergantung permintaan
Pabrik ini baru diresmikan pada awal Juli lalu dan dikelola oleh anak usaha JPFA yakni PT Indojaya Agrinusa. JPFA sendiri menggelontorkan dana sekitar Rp 600 miliar untuk pembangunan pabrik yang berlokasi di Deli Serdang, Sumatera Utara tersebut.
Menurut Michael, keberadaan pabrik baru ini dapat membantu JPFA dalam meningkatkan volume penjualan ayam.
Ia pun merekomendasikan beli saham JPFA dengan target harga Rp 2.600 per saham. Sedangkan Victor menyarankan hold saham JPFA dengan target Rp 1.650 per saham. Selasa (30/7), harga saham JPFA naik 0,63% ke level Rp 1.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News