kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   12,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Peminat Bursa CPO Masih Minim, Emiten Belum Kena Dampaknya


Senin, 23 Oktober 2023 / 19:51 WIB
Peminat Bursa CPO Masih Minim, Emiten Belum Kena Dampaknya
ILUSTRASI. Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Senin (9/5/2022). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/pras.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa crude palm oil (CPO) resmi meluncur pada 13 Oktober 2023, dengan transaksi perdana dimulai pada Jumat (20/10). Hingga Senin (23/10) sudah ada 18 perusahaan yang ikut serta di dalamnya.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, dampak Bursa CPO masih sangat minim ke kinerja emiten CPO. Sebab, transaksi di dalam Bursa CPO juga masih sangat minim.

“Namun, harapannya di masa mendatang harga CPO bisa lebih stabil dan bisa menjadi acuan harga internasional, mengingat produksi kita lebih besar dari Malaysia,” ujarnya kepada Kontan, Senin (23/10).

Pandhu melihat, harga CPO yang lebih stabil akan menguntungkan, terutama bagi para emiten yang melakukan ekspor. Bursa CPO ini juga ditujukan untuk mengurangi ketimpangan antara harga domestik dengan internasional yang sempat terjadi beberapa waktu lalu, yaitu saat kebijakan larangan ekspor diberlakukan akibat lonjakan harga minyak goreng.

Baca Juga: Bursa CPO Diharap Bisa Bantu Emiten Percepat Ekspor

“Dampak positif lain yang diharapkan adalah transparansi transaksi secara lebih luas, sehingga pemerintah akan dapat mengoptimalkan penerimaan atau pajak dari penjualan CPO,” ungkapnya.

Terkait prospek di kuartal IV 2023, volume produksi CPO diperkirakan akan melambat. Hal itu disebabkan oleh fluktuasi harga jual CPO, kenaikan harga pupuk, dan fenomena kemarau panjang akibat El Nino.

Namun, memasuki tahun 2024, ada potensi perbaikan kinerja seiring datangnya musim hujan dan kembali normalnya harga pupuk.

“Biaya produksi akan lebih rendah, sehingga secara profitabilitas akan meningkat,” paparnya.

Pandhu mengatakan, rekomendasi untuk emiten CPO saat ini masih cenderung wait and see. Investor disarankan untuk melihat terlebih dulu sejauh mana dampak dari beberapa sentimen negatif tersebut terhadap kinerja keuangan mereka.

Sektor CPO selama ini juga memiliki kinerja naik turun mengikuti harga CPO, sehingga lebih cocok untuk trading jangka pendek.

Baca Juga: Begini Sentimen Bursa CPO Terhadap Kinerja Emiten CPO

Namun, jika ingin simpan untuk jangka panjang, investor bisa pilih emiten yang memiliki usia tanaman lebih muda, karena cenderung lebih mudah dalam mendongkrak produksi, seperti DSNG dan TAPG.

“Untuk target harga DSNG dan TAPG belum ada, karena masih harus melihat kinerja mereka di kuartal III 2023. Sementara ini wait and see dulu, karena belum ada katalis kuat,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×