CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pemilihan berdasarkan kegunaan dan terobosan inovasi jadi kunci utama memilih kripto


Selasa, 18 Mei 2021 / 20:48 WIB
Pemilihan berdasarkan kegunaan dan terobosan inovasi jadi kunci utama memilih kripto
ILUSTRASI. Tema sebuah aset kripto justru dipandang tidak punya peran signifikan.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Walau demikian, Douglas melihat saat ini, masing-masing protokol menghadapi permasalahan yang bernama blockchain trilemma. Maksudnya, sebuah protokol tersebut harus memilih dua dari tiga issue yang menjadi value proposition mereka yakni terdesentralisasi, skalabilitas, serta keamanan.

Dia mencontohkan, saat ini Bitcoin sedikit “mengorbankan” skalabilitas demi mencapai keamanan dan sifat yang terdesentralisasi. Namun fitur-fitur baru yang diperkenalkan melalui Bitcoin Improvement Proposal juga menawarkan solusi untuk menjembatani pilar skalabilitas melalui pengenalan Lightning Network.

Sementara untuk Cardano (ADA) ataupun TRON, Douglas melihat keduanya sedang mengorbankan pilar keamanan dan bahkan sifat terdesentralisasi. Hal ini dikarenakan mekanisme konsensus yang diterapkan lebih berpihak terhadap siapapun yang memiliki “governance token” paling tinggi, sehingga tidak memihak bagi setiap pengguna pada kedua protokol tersebut.

Terkait permasalahan bahwa beberapa protokol tidak mengusung konsep go green, seperti yang disinggung Elon Musk terhadap proses penambangan Bitcoin, Douglas cenderung tidak terlalu setuju. 

Baca Juga: Setelah terpuruk ke level terendah, harga Bitcoin mencoba bangkit

“Untuk masalah go green, kenyataan sebenarnya adalah sudah banyak miner bitcoin yang menggunakan tenaga yang terbarukan (renewable energy), yang sekiranya bisa menjawab issue bahwa Bitcoin tidak ramah lingkungan,” imbuh Douglas.

Senada, Co-founder Cryptowatch dan pengelola channel Duit Pintar Christopher Tahir tak menampik penambangan beberapa aset kripto, khususnya di Xinjiang, China masih menggunakan listrik berbahan batubara yang dianggap tidak go green. Namun, ia mengingatkan, penambangan kripto bukan hanya di China.

“Di beberapa belahan dunia lainnya, sudah mulai diubah sumber listriknya menjadi sumber daya terbarukan yang lebih murah seperti PLTA (air dan angin), uap, solar panel, dll,” Christopher menambahkan.

Baca Juga: Harga Bitcoin mencoba bangkit setelah terpuruk ke level terendah

Douglas menyebut, terdapat beberapa protokol yang cara kerjanya tidak bisa dibandingkan. Ia mencontohkan, aset kripto yang menggunakan emas sebagai aset dasarnya, seperti Paxos Gold (PAXG), Perth Mint Gold Token (PMGT), Digix Global (DGX), Tether Gold (XAUT).

Menurutnya, aset digital yang menjadikan emas sebagai aset dasarnya sebetulnya memiliki dimensi lain. Sehingga tidak dapat disandingkan dengan aset digital untuk penggunaan pada native protokolnya. 

“Aset digital yang bertujuan memiliki backingan aset berupa emas atau uang, seyogyanya bertujuan untuk melindungi nilainya. Ataupun sebagai alternatif apabila pengguna aset kripto ingin melakukan diversifikasi aset ke beberapa produk aset kripto yang memiliki nilai yang hampir sama dengan emas fisik,” pungkas Douglas.

Baca Juga: Bitcoin, ethereum, degocoin, merosot, uang kripto ini tetap naik pekan II Mei 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×