Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah segera menawarkan kembali seri terbaru Surat Berharga Negara (SBN) ritel, ORI025 pada tahun ini. Pemerintah optimistis minat masyarakat tinggi didukung kondisi perekonomian domestik yang solid.
Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan memaparkan, beberapa indikasi solidnya ekonomi domestik dari pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan masih pada level 5%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global. Lalu tingkat inflasi yang terkendali pada level 2,61% atau dalam kisaran target 3±1%.
Selain dari dalam negeri, Deni menilai tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang semakin terkendali dan mendekati target 2% telah meningkatkan ekspektasi investor atas penurunan suku bunga. Diproyeksikan penurunan suku bunga di negara-negara maju tersebut akan dimulai pada kuartal II-2024 atau kuartal III-2024.
"Oleh karena itu, kami optimistis penawaran ORI025 yang akan dimulai tanggal 29 Januari hingga 22 Februari 2024 nanti akan mendapatkan sambutan dan minat yang baik dari investor," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/1).
Baca Juga: Pemerintah Segera Tawarkan ORI025, Intip Prediksi Kuponnya
ORI025 akan ditawarkan dalam dua seri, yaitu ORI025-T3 dengan tenor 3 tahun dengan maksimum pemesanan Rp 5 miliar per SID dan ORI025-T6 dengan tenor 6 tahun dengan maksimum pemesanan Rp 10 miliar per SID.
"Penawaran dual tranches ini untuk memberikan pilihan instrumen yang lebih menarik dan sesuai dengan preferensi dan tujuan investasi masyarakat," sambungnya.
Sayangnya, ia belum membeberkan perkiraan kupon untuk ORI025. Yang jelas, ia bilang tingkat kupon akan tetap menarik karena selalu mempertimbangkan kondisi pasar terkini, seperti level imbal hasil dari instrumen SBN yang memiliki tenor yang bersesuaian dan BI rate.
Untuk levelnya sendiri selalu lebih tinggi dari tingkat inflasi domestik, namun dengan tarif pajak yang lebih rendah. "Sehingga sudah pasti menguntungkan bagi masyarakat yang berinvestasi di SBN ritel," katanya.
Deni memperkirakan, yield obligasi akan lebih stabil untuk beberapa waktu ke depan dengan kecenderungan menguat. Ini sejalan dengan proyeksi tingkat bunga yang diperkirakan mulai menurun.
"Adapun beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi level imbal hasil SBN adalah pertumbuhan ekonomi nasional, volatilitas nilai tukar, capital flow investor asing, tensi geopolitik di kawasan eropa timur dan timur tengah, serta kondisi di tanah air," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News