Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten batubara yang berorientasi pada ekspor diproyeksikan akan tertekan pada awal tahun ini. Hal itu seiring dengan larangan ekspor batubara mulai 1 Januari 2022 hingga 31 Januari 2022.
Kementerian Energi dan Sumber Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) mengeluarkan kebijakan yang melarang perusahaan pertambangan batubara untuk melakukan kegiatan ekspor batubara. Kebijakan itu tertuang dalam surat dengan NomorB-1605/MB.05/DJB.B/2021yang diterbitkan pada tanggal 31 Desember 2021.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Dessy Lapagu melihat emiten yang memiliki porsi ekspor besar akan paling cepat terdampak baik itu dari sisi pendapatan maupun pergerakan harga sahamnya.
"Yang paling terdampak tentunya emiten yang memiliki porsi ekspor besar terhadap topline, seperti HRUM, ADRO, ITMG, dan INDY," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (3/1).
Berdasarkan laporan keuangan HRUM periode Januari-September 2021, pendapatan ekspornya mencapai US$ 194,93 juta dari total pendapatan US$ 205,54 juta. Mayoritas penjualan ekspor HRUM ke Asia Timur seperti China, Korea Selatan, dan Jepang.
Baca Juga: Intip Sektor-Sektor yang Diramal Moncer pada Tahun 2022
Kemudian, periode Januari-September 2021, pendapatan ADRO dari ekspor mencapai US$ 1,96 miliar. Padahal total pendapatan ADRO sebesar US$ 2,56 miliar sehingga ekspor berkontribusi 76,56%.
Demikian halnya dengan ITMG dan INDY yang juga mayoritas pemasukan berasal dari penjualan batubara ke luar negeri.
Dessy menilai, meskipun larangan ekspor hanya satu bulan tetapi akan ada efek signifikan pada kondisi demand & supply batubara global. Terlebih ada potensi beberapa kontrak yang telah dijalankan dan diekspektasikan akan dikirim pada Januari 2022.
"Jika ada relaksasi sehingga produsen-produsen yang sudah memenuhi DMO 25% tidak dikenakan aturan, maka efek negatifnya mungkin tidak terlalu signifikan," jelasnya.
Analis MNC Sekuritas Aqil Triyadi juga melihat keempat emiten tersebut akan merasakan dampak yang paling besar akibat kebijakan larangan ekspor dari pemerintah.
Di samping itu, dia juga melihat bahwa ke depan sektor batu bara akan cendrung terjadi penurunan kinerja di tengah potensi ASP sepanjang 2022.
Baca Juga: Resmi Melantai, Saham Adaro Mineral (ADMR) Melesat 35% dan Mentok ARA
Dari pergerakan saham emiten batu bara, Aqil juga mengamati beberapa cendrung sudah bergerak overbought.
"Namun demikian tidak menutup kemungkinan ada potensi penguatan setidaknya pada kuartal I-2022," sebutnya.
Karenanya, dia menilai investor masih yang dapat mencermati saham PTBA dan ITMG. Sedangkan, Dessy menjagokan PTBA dan memasang rating buy dengan target harga Rp 3.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News