kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembeli saham IPO masih didominasi investor strategis


Selasa, 03 April 2018 / 17:51 WIB
Pembeli saham IPO masih didominasi investor strategis
ILUSTRASI.


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan menggelar penawaran umum perdana saham kepada publik atau initial public offering (IPO) pada tahun ini. Namun, hajatan tersebut kebanyakan masih sekadar memenuhi persyaratan untuk mendapatkan pendanaan yang lebih luas di pasar modal. Beberapa emiten masih melepas saham pada batas yang minimum sebesar 20%, sebagaimana disyaratkan dalam regulasi.

Teuku Hendry Andrean, Research Manager Shinhan Sekuritas Indonesia menyatakan, memang banyak alternatif pendanaan yang bisa didapatkan perusahaan apabila sudah melakukan IPO. Diantaranya rights issue, obligasi, dan lainnya. “Ada beberapa aksi korporasi yang bisa dimanfaatkan untuk menyerap dana,” tuturnya, Selasa (3/4).

Lanjut Teuku, saat ini perusahaan yang ingin IPO sudah membawa investor strategis. Porsi investor tersebut lebih besar dibandingkan dengan investor ritel. Alhasil, penyerapan saham bisa lebih dimaksimalkan.

“Intinya sahamnya agak terbatas. Jadi untuk IPO memang kalau istilahnya, lebih strategic investment,” lanjutnya.

Tren ini dinilai masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Di mana investor strategis dalam ajang IPO bisa mempengaruhi besaran penyerapan. Selain itu, perusahaan yang memiliki investor strategis besar cenderung lebih mudah untuk di-maintenance. “Berbeda dengan banyak yang ritel, cenderung sulit,” papar Teuku.

Ia menilai, tren IPO tahun ini masih cukup agresif. Meskipun beberapa sentimen dan event akan diselenggarakan pada 2018. Pasalnya, keberadaan strategic investor membuat IPO bisa dilakukan dengan fleksibel. Bahkan, apabila porsi investor strategis lebih besar, cenderung bisa mengamankan gerak fluktuasi saham. “Bisa jadi mereka tidak mengikuti pasar, dan pengendalian menjadi terbatas,” imbuh Teuku.

Dia menyarankan investor melihat prospek bisnis yang menarik pada beberapa perusahaan yang menggelar IPO. Misalnya seperti rencana IPO PT Sari Melati Kencana, yang mengusung brand Pizza Hut. Perusahaan makanan cepat saji ini berencana listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Mei 2018. “Pizza Hut menarik karena sudah banyak yang tahu,” ujar Teuku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×