kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,79   0,77   0.09%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang kenaikan harga komoditas masih terbuka


Rabu, 28 Desember 2016 / 07:27 WIB
Peluang kenaikan harga komoditas masih terbuka


Reporter: Namira Daufina, Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga komoditas energi kembali bertenaga pada tahun ini. Anda yang rajin membaca KONTAN tentu tahu, harga komoditas seperti minyak mentah, batubara dan gas alam naik cukup tinggi tahun ini.

Dengan kenaikan tersebut, komoditas energi bakal mencatatkan pertumbuhan harga positif sepanjang tahun ini. Bagaimana di tahun depan? Meski banyak tantangan, para analis menilai harga komoditas energi masih bisa naik, setidaknya hingga kuartal I tahun depan.

Biar lebih jelas, yuk, simak ulasan para analis untuk tiap komoditas energi.

- Minyak

Per pukul 17.24 WIB, Selasa (27/12), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Februari 2017 di New York Mercantile Exchange naik 0,34% ke US$ 53,20 per barel. Kalau dihitung sejak awal tahun, harganya sudah terbang 19,30%.

Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, laju kenaikan minyak semakin signifikan setelah pertemuan OPEC November lalu sukses menyepakati pemangkasan produksi, yang akan dimulai tahun 2017.

OPEC juga menghitung konsumsi minyak global tahun depan naik jadi 95,3 juta barel dan 98,3 juta barel di 2018. Sebab, permintaan minyak di Negeri Matahari Terbit tahun depan diprediksi naik jadi 1,3 juta barel per hari, dari sebelumnya yang hanya 1,1 juta barel per hari.

Selain itu, ada laporan produksi minyak mentah China sepanjang Januari-November 2016 turun 6,9% jadi 4 juta barel per hari dibanding periode yang sama di 2015. "Maka ketika suku bunga The Fed naik, harga minyak tetap tinggi," jelas Deddy.

Deddy optimistis harga minyak tahun depan masih bisa merangkak naik lagi. "Arab Saudi akan memangkas produksinya sebanyak 486.000 barel per hari," ujar Deddy. Tapi, ada indikasi produksi minyak Amerika Serikat (AS) naik.

Sepanjang Mei-November 2016 saja, Baker Hughes Inc mencatat kilang pengeboran minyak aktif di AS sudah bertambah 158 rig. Produksi minyak Kanada juga diprediksi akan bauj dari 10.000 barel menjadi 31.000 barel tahun depan. Alhasil, harga minyak di kuartal I-2017 diprediksi bergerak di kisaran US$ 45,30-US$ 58,30 per barel.

- Batubara

Harga batubara naik tajam tahun ini. Bila dihitung sejak awal tahun, harganya sudah naik 97,02%. Jumat (23/12) lalu, harga batubara kontrak pengiriman Januari 2017 di ICE Futures Exchange terkoreksi 0,50% ke US$ 89,55 per metrik ton.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menuturkan, pemangkasan produksi yang dilakukan China jadi faktor utama yang mengerek harga batubara ke level tertingginya. Maklum, penurunan produksi batubara di Negeri Panda tersebut jadi tak terelakkan.

International Energy Agency (IEA) juga memprediksi produksi batubara Amerika Serikat tahun ini turun jadi 758,4 juta ton. Ini merupakan level terendahnya sejak 1978 silam. Kedua sentimen tersebut akhirnya mendongkrak harga batubara ke level tertinggi sejak April 2013, jadi US$ 104,60 per metrik ton.

Tapi, secara fundamental, batubara juga masih menghadapi sentimen negatif. Di antaranya, upaya negara maju mengurangi penggunaan batubara. "Ini pula yang menyebabkan kenaikan harga batubara cenderung terbatas dan gagal menembus US$ 100 per metrik ton," ungkap Wahyu.

IEA juga memprediksi permintaan batubara AS di 2017 bakal turun menjadi 680,9 juta metrik ton. Padahal tahun ini permintaan batubara di AS diprediksi mencapai 700,9 juta ton. Ini juga jadi sentimen negatif bagi harga batubara.

Tapi, di tahun awal tahun depan, harga batubara masih berpotensi naik. Ini sejalan dengan prediksi IEA bahwa produksi AS akan turun menjadi 722,1 juta ton di 2017. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga memperkirakan produksi dalam negeri tahun depan hanya 413 juta ton.

Katalis positif lainnya adalah sanksi PBB kepada Korea Utara. Akibatnya, ada pemangkasan ekspor batubara hingga 60% tahun depan. "Maka level support kuat batubara di kuartal I-2017 setidaknya di US$ 72 per metrik ton, dengan peluang naik yang lebih besar," tutur Wahyu.

- Gas alam

Musim dingin membuat harga gas alam memanas. Mengutip Bloomberg, Selasa (27/12) pukul 15.30 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman Januari 2017 di New York Mercantile Exchange menguat 3% ke US$ 3,77 per mmbtu. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Januari 2015. Sepanjang tahun ini, harga gas alam sudah melaju 31%.

Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim bilang, penguatan didukung kondisi fundamental yang positif. Musim dingin di sebagian wilayah dunia yang lebih dingin dari perkiraan awal membuat permintaan gas alam naik.

Selain itu, harga gas naik lantaran terkena sentimen positif kenaikan harga minyak dunia. Di kuartal I-2017, sentimen positif diprediksi masih menyelimuti gas alam. Ada harapan permintaan dari China naik.

"Polusi udara yang parah membuat China harus mengganti pembangkit listrik batubara ke energi lain, yakni gas alam," lanjut Ibrahim.

Tapi patut diwaspadai kondisi kelebihan pasokan yang masih berlangsung. Kini persediaan gas alam mencapai 3,597 triliun kaki kubik. Tetapi dengan musim dingin yang masih akan berlangsung hingga tahun depan, Ibrahim memprediksi harga gas alam bergerak di kisaran US$ 3,65-US$ 4,00 per mmbtu di kuartal I-2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×