Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Peluang kenaikan harga emas masih terbuka. Meski sedang tertekan, emas bisa berharap pada dukungan konflik geopolitik yang belum juga reda.
Mengutip Bloomberg, Rabu (26/4) pukul 18.49 WIB, harga emas kontrak pengiriman Juni 2017 di Commodity Exchange melemah 0,13% ke level US$ 1.265,5 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, emas terkikis 1,3%.
Di tengah tekanan saat ini, masih ada harapan bagi emas untuk kembali menguat. Alwi Assegaf, Analis PT Global Kapital Investama Berjangka menyebutkan, konflik geopolitik di Semenanjung Korea yang belum juga reda masih menopang prospek harga emas.
Konflik bahkan semakin memanas lantaran Amerika Serikat (AS) telah memerintahkan kapal induk dan kapal selam terus berada di Semenanjung Korea. Hal tersebut sebagai respon atas uji coba nuklir Korea Utara.
Ditambah lagi dengan Jepang yang mengirim dua kapal untuk bergabung dengan AS. Kelanjutan konflik ini akan tergantung upaya China dalam melakukan negosiasi dengan Korea Utara sebagai sekutunya.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump memang sedang menyusun rincian rencana kebijakan pajak. Tetapi rencana tersebut masih harus diajukan ke kongres. Jika pada akhirnya kongres AS tidak menyetujui rencana tersebut, maka emas kemungkinan kembali terangkat.
Presiden Trump saat ini juga sedang mengajukan tambahan anggaran untuk militer serta pembangunan tembok perbatasan AS - Meksiko. Pengajuan anggaran tersebut sedang menjadi perdebatan antara partai Demokrat dan Republik. Apabila terjadi ketidaksepakatan, maka AS beresiko mengalami government shut down.
Kondisi ini pernah terjadi pada masa pemerintahan Presiden Barrack Obama, dimana pemerintahan AS sempat tutup selama 17 hari. "Hal ini akan memberi efek negatif bagi dollar AS sehingga emas memiliki peluang untuk menguat," tutur Alwi.
Sementara melihat dari sisi permintaan, belum ada sinyal kenaikan signifikan baik dari India maupun China sebagai konsumen emas terbesar di dunia. Alwi memperkirakan harga emas akan bergerak dalam kisaran US$ 1.230 - US$ 1.300 per ons troi hingga akhir kuartal kedua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News