kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,59   -29,14   -3.14%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang investasi SUN masih menarik


Kamis, 10 November 2016 / 07:40 WIB
Peluang investasi SUN masih menarik


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Anda yang berinvestasi di surat utang negara (SUN) tidak perlu khawatir menyikapi kemenangan tak terduga Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat (AS).

Analis menilai prospek investasi di SUN tetap oke. Tidak yakin? Mari kita tengok data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA). Rabu (8/11), INDOBeX Government Total Return turun 0,29% ke 209,77. Indeks ini mencerminkan rerata imbal hasil investasi di SUN.

Jadi, efek Trump cuma membuat keuntungan investasi SUN tergerus 0,29%. Memang, yield SUN jadi naik. Indeks INDOBeX Government Effective Yield tercatat naik dari semula 7,32% menjadi 7,37%.

Sekadar mengingatkan, saat yield naik, berarti harga obligasi turun. Analis IBPA Nicodimus Anggi Kristiantoro mengiyakan penurunan imbal hasil SUN kemarin terjadi lantaran hasil pemilihan umum (pemilu) AS memenangkan Donald Trump sebagai Presiden ke-45, dengan 276 electoral vote.

Padahal, selama ini pelaku pasar lebih menjagokan Hillary Clinton. Tapi, mantan Menteri Luar Negeri AS ini cuma mendapat 218 electoral vote.

Nicodimus menyebut kemenangan Donald Trump berpotensi menimbulkan panic selling di pasar SUN. Kendati demikian, tekanan hanya bersifat sementara. “Tekanan akan reda ditunjang fundamental ekonomi domestik yang masih kuat,” jelas dia.

Senada, Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menilai, koreksi pasar yang ditimbulkan akibat kemenangan tak terduga Trump hanya berlangsung jangka pendek. Investor dapat memanfaatkan momentum ini untuk mengakumulasi SUN dengan harga yang relatif rendah.

“Kondisi dalam negeri dengan fondasi yang lebih sehat dapat dijadikan sebagai senjata utama untuk melawan faktor global yang hanya bersifat sementara,” tegas dia.

Faktor domestik

Pada dasarnya, fundamental pasar SUN dalam negeri saat ini masih solid. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal tiga tahun ini masih mencapai 5,02%. Meski di bawah prediksi ekonom, tapi realisasi ini masih dalam kisaran target pemerintah, yakni antara 4,9%–5,3%.

Tapi, pelaksanaan pemilu AS membuat pelaku pasar lebih fokus pada hajatan politik tersebut dan mengabaikan kondisi fundamental dalam negeri. Hingga akhir tahun, Beben optimistis, pasar SUN masih berpotensi menguat.

Katalis positif berasal dari membaiknya makroekonomi Indonesia. Inflasi dalam negeri yang terkendali di level 3%-5% membuka ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga BI 7-day reverse repo rate yang saat ini 4,75%.

Beben meramalkan, di sisa tahun 2016, masih ada peluang penurunan suku bunga 25 bps–50 bps lagi. “Meskipun spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral AS akan menjadi masalah mendasar bagi BI untuk mempertimbangkan pemangkasan lanjutan,” terang dia.

Amunisi lain berasal dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2016 yang diprediksi bertahan di atas 5%. Pertumbuhan akan ditopang konsumsi Natal dan Tahun Baru, pembangunan infrastruktur pemerintah yang kian agresif, serta kampanye pemilihan umum kepala daerah 2017 yang dimulai sejak kuartal IV-2016.

Nicodimus menambahkan, sentimen positif juga berasal dari tren defisit transaksi berjalan yang kian menyempit. Plus, cadangan devisa Indonesia cukup stabil. Memang ada tambahan pasokan obligasi negara sebesar Rp 18 triliun seiring pelebaran defisit anggaran menjadi 2,7%.

Namun, membesarnya suplai akan diimbangi dengan permintaan, terutama dari lembaga industri keuangan non bank (IKNB). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 1 /POJK.05/20162015 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank mewajibkan dana pensiun dan asuransi untuk memperbesar porsi investasi pada SBN sekitar 10%-20% untuk tahun 2016 dan diperbesar lagi porsinya menjadi 20%-30% untuk tahun 2017.

Nicodimus mengingatkan investor untuk mencermati berbagai tekanan global, mulai dari pertumbuhan ekonomi China yang cenderung stagnan, spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed, serta pertumbuhan ekonomi AS.

“Setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden AS, pasar perlu lebih memperhatikan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan serta dampaknya bagi perekonomian Indonesia,” paparnya. Beben menganalisa, hingga akhir tahun 2016, yield SUN bertenor 10 tahun akan berkisar 6,5%–7,5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×