kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.129   71,00   0,44%
  • IDX 7.073   89,18   1,28%
  • KOMPAS100 1.057   16,45   1,58%
  • LQ45 831   13,55   1,66%
  • ISSI 215   2,30   1,08%
  • IDX30 423   7,01   1,68%
  • IDXHIDIV20 510   7,78   1,55%
  • IDX80 120   1,85   1,56%
  • IDXV30 125   0,65   0,52%
  • IDXQ30 141   2,02   1,46%

Pelemahan rupiah bikin resiko investasi meningkat


Selasa, 16 Desember 2014 / 19:01 WIB
Pelemahan rupiah bikin resiko investasi meningkat
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan telah kucurkan anggaran Rp 366,2 triliun untuk masyarakat miskin. ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kondisi rupiah yang masih melemah membuat investor menarik dana dari pasar modal. Pelemahan mata uang garuda ini turut membuat resiko investasi di Indonesia ikut meningkat.

Resiko ini tergambar dari kondisi Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun per 15 Desember 2014 menjadi 176,66 naik hingga 3,22% hanya dalam waktu 1 hari. Semakin tinggi angka CDS semakin tinggi pula resiko investasi di kawasan tersebut.

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar mengatakan investor domestik tak perlu khawatir dengan kenaikan CDS tersebut. Ia mengutarakan tren kenaikan CDS disebabkan yield surat utang Amerika Serikat (AS) sedang turun sehingga hal ini tak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di seluruh negara emerging market. “Kedua, level kenaikan CDS ini juga tidak seburuk awal tahun 2014,” ujar Kumar.

Pada awal 2014 CDS tenor 5 tahun memang sempat menyentuh level di atas 200. Kumar kembali mengutarakan CDS saat ini juga belum melewati level tertinggi sejak Oktober 2014 yakni di level 183.

Namun ia menduga akhir tahun ini CDS bisa melewati angka tersebut lantaran rilis data-data ekonomi AS  selalu menunjukkan perbaikan. “Melewati 183 tapi masih di bawah 200,” prediksinya.

Pelemahan rupiah juga memukul pertumbuhan pasar obligasi. Pada Senin (15/12) INDOBeX Composite Total Return terkoreksi hingga 1,33% dibanding sehari sebelumnya menjadi 171,04. Nilai ini merupakan yang terendah sejak 2 November 2014.

Menurut Kumar tren penurunan harga obligasi juga berpotensi berlanjut hingga akhir tahun. Namun ia menekankan kembali bahwa Indonesia masih merupakan tempat investasi menarik ditinjau dari segi fundamental makro ekonomi domestik.

“Sehingga yang terjadi sekarang karena faktor eksternal. Setelah semuanya reda pasar obligasi akan stabil karena domestik kita memang membaik,” ujar Kumar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×