kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelemahan kurs rupiah diprediksi masih berlanjut hingga pekan depan


Sabtu, 26 September 2020 / 22:00 WIB
Pelemahan kurs rupiah diprediksi masih berlanjut hingga pekan depan


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan kurs rupiah di perdagangan terakhir pekan ini belum mampu menutup pelemahan yang terjadi tiga hari sebelumnya. Jumat (25/9), kurs rupiah spot menguat 0,12% ke level Rp 14.873 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kendati demikian, dalam sepekan, rupiah masih mencatatkan pelemahan sebesar 0,94%. Kurs referensi Jisdor justru masih melemah tipis 0,01% ke Rp 14.951 per dolar AS pada Jumat. Dalam sepekan, kurs Jisdor melemah 1,24%.

Faisyal, analis Monex Investindo Futures memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp 14.650 per dolar AS-Rp15.300 per dolar AS untuk sepekan ke depan. “Pada pekan depan akan ada rilis data mengenai payroll di AS serta pidato para pemimpin bank sentral di berbagai belahan dunia,” kata Faisyal.

Dia mengatakan, penguatan rupiah jelang akhir pekan terjadi karena profit taking pelaku pasar terhadap dolar AS di tengah isu pembahasan stimulus AS. Kendati demikian, dalam sepekan dia menilai sentimen yang menerpa rupiah justru sentimen negatif.

Baca Juga: Kapitalisasi pasar IHSG berkurang Rp 126 triliun dalam sepekan

“Dolar AS secara fundamental masih kuat dan jadi primadona investor dalam beberapa hari terakhir. Hal ini dipicu oleh optimisme pelaku pasar mengenai kondisi ekonomi di AS. Di satu sisi, ketidakpastian akan kelanjutan stimulus di AS dan pernyataan gubernur The Fed yang cenderung hawkish semakin menguatkan posisi dolar AS,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (29/5).

Sementara Ekonom Indef Bhima Yudhistira memperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 14.900 per dolar AS-Rp 15.100 per dolar AS pada pekan depan. Dia mengatakan, pelemahan rupiah juga tidak terlepas dari sentimen dalam negeri yang menekan kinerja mata uang Garuda. Hal ini lantas membuat investor merombak portfolio dan menghindari investasi jangka pendek.

“Isu-isu seperti penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi pemerintah di kuartal ke III-2020 sampai isu resesi ekonomi masih menghantui. Sentimen negatif akibat diperpanjangnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga menurunkan proyeksi terhadap pemulihan ekonomi hingga akhir tahun,” kata Bhima.

Selain itu, Bhima menyebut pelaku pasar saat ini justru pesimistis terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari penanganan Covid19 di Indonesia yang tak kunjung optimal tercermin dari jumlah kasus positif yang selalu bertambah di atas 4.000 orang tiap harinya.

Baca Juga: Wall Street turun menjelang akhir pekan, tekanan di saham teknologi mereda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×