Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2015 tercatat negatif 1,64%. Di tengah pelemahan pasar modal, ada baiknya investor mulai menata lagi portofolio investasi agar tujuan keuangan tercapai.
Perencana Keuangan Eko Hendarto melihat tekanan pasar modal bisa dimanfaatkan investor untuk mengoleksi saham di harga murah. "Untuk orientasi jangka panjang lebih dari tiga tahun, tekanan pasar modal bisa menjadi peluang. Investor bisa menambah dan mengambil saham yang cukup murah," ujarnya, Senin (5/5).
Sektor yang masih menarik antara lain konsumer. Saham perusahaan ini akan diuntungkan oleh konsumsi masyarakat baik sandang, makanan ataupun perumahan.
Saham sektor infrastruktur juga diperkirakan menarik seiring langkah pemerintah menggenjot sektor tersebut. "Saat kondisi ekonomi melemah, maka infrastruktur merupakan langkah awal pemerintah untuk menggerakkan kembali ekonomi," tutur Eko.
Dengan proyek infrastruktur, maka akan akan banyak menyerap tenaga kerja dan peningkatan pembayaran gaji. Sehingga, pegawai akan membelanjakan gajo untuk konsumsi. "Terjadi efek domino yang cukup besar dan ekonomi akan kembali tumbuh, " ujar Eko.
Sektor perbankan atau keuangan juga disebut memiliki prospek bagus. Sektor ini menjadi tempat perputaran uang. "Selain saham, reksadana saham masih oke bagi investor jangka panjang," kata Eko.
Sementara itu bagi investor dengan orientasi investasi jangka pendek di bawah satu tahun, bisa melepas kepemilikannya di saham dan masuk ke pasar uang. Investor jenis ini juga bisa masuk ke emas. "Meski harga emas saat ini tengah turun, namun bagus untuk menjaga inflasi dan berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu membutuhkan dana segar," ucap dia.
Eko membagi portfolio investasi investor berdasarkan kelompok usia. Bagi investor dengan usia di bawah 30 tahun, maka bisa menempatkan sekitar 75% dana investasinya ke saham. Sisanya 10% ke pasar uang dan 15% ke emas atau obligasi.
Adapun untuk usia di atas 30 tahun hingga 50 tahun, bisa memutar sekitar 65% hingga 70% di saham, 10% pasar uang atau deposito serta sisanya di emas dan obligasi.
Untuk usia di atas 50 tahun, bisa menempatkan sekitar 30% hingga 40% di obligasi atau emas , sekitar 20% hingga 25% di saham dan sisanya pasar uang."Semakin tua, kebutuhan akan bertambah karena sudah tidak memiliki penghasilan. Oleh karena itu, investor bisa memperbesar instrumen yang lebih akan dengan orientasi jangka pendek," kata Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News