Sumber: Bloomberg | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Mata uang rupiah mencatat penurunan sepekan paling dalam pekan ini, terhitung dari awal tahun. Penurunan rupiah terjadi setelah partai yang mengusung Joko Widodo atau Jokowi menang tetapi kurang dari harapan pelaku pasar.
Tercatat ada US$ 129 juta dana asing hengkang dari bursa saham. Dana keluar itu tercatat sebagai aksi jual saham terbesar sejak Desember 2013. Aksi jual saham itu menyusul hasil hitung cepat yang menyebutkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) hanya mampu bisa meraih 19,6% suara dalam pemilihan legislatif pada Rabu (9/4) lalu.
Padahal, dalam aturan presidential threshold, PDIP harus menguasai 25% suara atau menguasai 20% kursi di parlemen agar bisa mengusung calon presiden sendiri tanpa memerlukan koalisi dari partai lain. "Harapan untuk PDI-P untuk menang sangat besar, tetapi tidak menjadi kenyataan," kata Enrico Tanuwidjaja , ekonom di Nomura Holdings Inc di Singapura.
Nilai tukar rupiah turun 0,8% pekan ini, dan tercatat sebagai penurunan terbesar sejak lima hari. Rupiah ditutup di posisi Rp 11.413 per dolar Amerika Serikat (AS). Hari ini, mata uang rupiah turun 0,5% hari ini setelah turun 1% sejak pemilihan 9 April.
Di pasar luar negeri, nilai tukar rupiah di no non -deliverable forward (NDF) turun 1,5% yang terhitung sejak 4 April menjadi Rp 11.495 per dolar AS. Kontrak NDF turun 0,2% hari ini dan diperdagangkan 0,7% lebih lemah dari pasar spot . Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mematok nilai tukar rupiah pada posisi Rp 11.450 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News