Reporter: Dupla Kartini | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Lemahnya indikator ekonomi AS kembali menggoyang harga minyak mentah, akhir pekan (6/8) kemarin. Harga minyak mentah untuk kontrak pengiriman September jatuh ke US$ 80,70 per barel, padahal sebelumnya minyak bergerak reli di level US$ 82 sebarel. Namun, sejatinya selama sepekan terakhir minyak sudah naik 2,2% dari posisi minggu sebelumnya (30/7) di US$ 78,95 sebarel.
Emas hitam ini terkoreksi setelah AS mengumumkan data ketenagakerjaan yang meleset dari prediksi. Angka non-farm payroll Juli membengkak menjadi minus 131.000, melampaui prediksi minus 65.000.
Pekan ini, minyak mentah diprediksi melemah karena berkurangnya optimisme di pasar minyak. Apalagi, di tengah spekulasi bakal naiknya cadangan bahan bakar AS. Pasar memperkirakan cadangan bensin negara pengguna energi terbesar ini bakal naik 729.000 barel atau 0,3% menjadi 223 juta barel, sepekan terakhir.
Pekan lalu (4/8), AS menyebut cadangan bahan bakar meningkat 2,17 juta barel menjadi 169,7 juta. Sementara, konsumsi bahan bakar turun 2,5% menjadi 19,3 juta barel per hari dalam sepekan terakhir.
Tim Evans, analis energi dari Citi Futures Perspective, di New York, seperti dikutip Bloomberg (6/8) menyebut isu mendasar saat ini adalah ekonomi AS tidak menciptakan lapangan kerja yang cukup. Tidak ada indikasi situasi akan berubah dalam waktu dekat, sehingga ada keraguan terhadap permintaan bahan bakar. Di sisi lain, pasar AS masih kelebihan stok. "Ini mengakibatkan pasar rentan terhadap downdrafts seperti yang terjadi Mei lalu," ujar Tim.
Analis Harumdana Berjangka, Nizar Hilmy menduga pekan ini minyak akan terkoreksi. Secara fundamental ekonomi AS masih lesu, dan Eropa masih rentan meski sekarang sedikit membaik. Apalagi, selama sepekan kenaikannya sudah lumayan. Namun, lemahnya nilai tukar dolar berpeluang menahan kejatuhan yang dalam. Maka, Nizar memprediksi pekan ini minyak akan bergulir di US$ 80,30 - US$ 83,60 per barel.
Senada, Herry Setyawan dari Indosukses Futures menyebut minyak cenderung melanjutkan pelemahannya. Indikator ekonomi AS yang lebih buruk dari ekspektasi menyebabkan turunnya optimisme pasar terhadap pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Namun, pekan ini pasar masih punya harapan yang mungkin bisa memberi sentimen bagus, yaitu pertemuan bank sentral AS, pada Selasa (10/8). Pasar menanti langkah yang akan ditempuh Federal Reserves (Fed) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di AS. Maka, sepekan ini, Herry memprediksi emas hitam ini bakal bergerak di US$ 78-US$ 83 sebarel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News