Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun ini, pemerintah bergerak cepat menerbitkan serentetan surat berharga negara (SBN). Strategi front loading ini juga didukung dengan kondisi pasar obligasi yang relatif minim tekanan di awal tahun.
Dengan strategi front loading, sekitar 60% penerbitan SBN akan dilakukan di semester pertama dan sisanya 40% di semester kedua. Sepanjang kuartal I-2018, target penerbitan SBN melalui lelang senilai Rp 194,5 triliun. Adapun total target penerbitan SBN tahun ini Rp 846,4 triliun.
Hasilnya sudah terlihat pada lelang surat utang dua pekan pertama. Dari lelang tersebut, pemerintah berhasil mendapat dana Rp 38,5 triliun dari surat utang negara (SUN) dan surat berharga syariah negara (SBSN).
Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga memaparkan, ada banyak sentimen eksternal yang dapat menekan pasar obligasi domestik di paruh kedua tahun ini, terutama berupa kebijakan moneter dari bank-bank sentral, baik di Amerika Serikat maupun di Eropa.
"Jadi karena situasi di awal tahun ini cukup tenang, gejolak tidak besar, maka front loading tepat dilakukan," jelas Desmon. Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga diprediksi akan bertahan di level 4,25% selama kuartal I. Namun ia melihat ada potensi kenaikan suku bunga acuan dalam negeri di bulan April, seiring pergantian jabatan gubernur BI.
Pasar obligasi juga masih mendapat sentimen positif dari kenaikan peringkat utang Indonesia versi Fitch Ratings akhir tahun lalu. "Adjustment dari peringkat surat utang itu bisa jadi sentimen positif untuk satu hingga dua bulan ini," ujar Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail.
Jika minat investor asing pada obligasi pemerintah Indonesia masih tinggi, Ahmad menyebut bukan tidak mungkin yield SUN tenor 10 tahun bisa turun lagi hingga ke level 5,5% atau menyamai yield obligasi pemerintah Filipina bertenor sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News