Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berinvestasi di saham emiten semen sepertinya bukan menjadi pilihan bagi investor asing tahun ini. Sejak awal tahun hingga saat ini atau secara year-to-date (ytd), investor asing melepas kepemilikan di saham emiten semen.
Melansir dari RTI Business, dana asing yang keluar dari saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencapai Rp 1,47 triliun di semua pasar. Bahkan, sejak seminggu ke belakang asing juga mjencatatkan net sell hingga Rp 20,53 miliar.
Baca Juga: Kelebihan pasokan semen masih membayangi, begini strategi Semen Indonesia
Sementara itu, asing juga mengobral saham PT Indocement Tunggal Tbk (INTP) sejak awal tahun hingga mencatatkan net sell sebesar Rp 1,19 triliun.
Hal yang sama juga terjadi pada saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Sejak awal tahun, investor asing terus menjual saham emiten pelat merah ini hingga mencatatkan net sell sebesar Rp 72,42 miliar.
Saham PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) juga dilepas asing sejak awal tahun. Tercatat, dana asing yang keluar dari saham ini sebanyak Rp 12,88 triliun. Namun, khusus SMCB, net sell terjadi karena pemegang saham emiten ini Holderfin BVPT menjual sahamnya ke PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada 31 Januari 2019 lalu.
Analis NH Korindo Meilki Darmawan menilai, kondisi ini menunjukkan investor asing sudah mulai memahami kondisi oversupply yang akan dihadapi emiten semen dalam beberapa tahun ke depan. Sehingga, beberapa investor asing mulai mencari sektor lain yang lebih atraktif atau bahkan berpindah ke instrumen obligasi.
Baca Juga: Semen Baturaja (SMBR) optimistis penjualan semen di 2020 akan membaik
Apalagi, saat ini valuasi dari keempat emiten semen ini sudah masuk kategori mahal.
Senada, Analis Artha Sekuritas Nugroho Rahmat Fitriyanto menilai vaulasi dari emiten semen di Indonesia memang lebih mahal dibandingkan dengan emiten semen di bursa regional ataupun global.
Saat ini semua saham emiten semen diperdagangkan dengan price earnings ratio (PER) di atas 40 kali. SMGR misalkan, diperdagangkan dengan PER 42,27 kali. Sedangkan INTP memiliki PER sebesar 46,19 kali.
SMBR bahkan lebih tinggi lagi, yakni dengan PER mencapai 150 kali.
Selain karena valuasi yang mahal, dilepasnya saham emiten semen oleh investor asing juga disebabkan oleh rendahnya permintaan semen sepanjang 2019. “Dari sisi permintaan sendiri pertumbuhannya stagnan di 2019,” ujar Nugroho.
Baca Juga: Efisiensi jadi strategi penting INTP di 2020
Data dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), hingga Oktober 2019 penjualan semen domestik sebesar 56,10 juta ton. Pencapaian ini turun 1,5% dibandingkan dengan konsumsi semen pada periode tahun 2018 yang mencapai 56,97 juta ton.
Dalam riset (18/12), Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin mengatakan, konsumsi semen yang tergolong lemah pada tahun 2019 dikarenakan sikap wait and see yang diadopsi oleh banyak investor.
“Untuk tahun 2020, kami masih belum melihat katalis kuat untuk meningkatkan konsumsi semen,” tulis Mimi dalam risetnya.
Baca Juga: Masih dibayangi oversupply, simak rekomendasi saham untuk emiten semen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News