kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan berkurang, harga komoditas terbang


Kamis, 29 Desember 2016 / 07:35 WIB
Pasokan berkurang, harga komoditas terbang


Reporter: Namira Daufina, RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga komoditas logam industri tahun ini berhasil mencatatkan kenaikan signifikan dibandingkan dengan tahun 2015. Menipisnya pasokan logam industri di pasar global di saat permintaan justru naik, membuat harga komoditas ini melesat.

Ambil contoh harga timah. Mengutip Bloomberg, Rabu (28/12) pukul 13.50 WIB, harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 0,51% dibanding hari sebelumnya ke US$ 20.992 per metrik ton. Sejak awal tahun, harganya sudah melesat 44,22%.

Harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange juga sudah meroket sekitar 16,96% sepanjang tahun ini. Rabu (28/12) per pukul 14.20 WIB, harga komoditas ini tergerus 0,90% ke US$ 10.316 per metrik ton.

Sementara harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) Jumat (23/12) lalu turun 0,89 % ke US$ 5.469 per metrik ton. Kalau dihitung sejak awal tahun, harga tembaga sudah terkerek 18,66%.

Lalu harga aluminium sudah melesat sekitar 16,7% sepanjang tahun ini. Pada penutupan perdagangan Jumat lalu, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) menyusut 0,17% jadi US$ 1.719 per metrik ton.

Secara umum, analis menilai kenaikan harga komoditas logam industri masih belum akan berhenti tahun depan. Biar lebih jelas, silakan simak ulasan berikut.

- Timah

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, keringnya pasokan timah global jadi faktor utama melesatnya harga timah. Selain pengetatan aturan ekspor timah di Indonesia, produksi Myanmar ternyata tidak bisa mengisi kekosongan pasokan di pasar.

International Tin Research Institute (ITRI) memperkirakan, tahun ini produksi timah Myanmar stagnan di 50.000 ton. Alhasil stok timah global di 2016 cuma 25.000 ton. "Terlihat jelas semakin mendekati penutupan tahun, pergerakan harga timah justru makin bagus," kata Ibrahim.

Tahun depan, Ibrahim memprediksi bakal ada koreksi harga sesaat. "Kekurangan pasokan ini masih akan berlanjut, tapi perlu mewaspadai aksi produsen yang akan menggenjot produksi demi memanfaatkan kenaikan harga," analisa Ibrahim.

Salah satunya adalah PT Timah, yang siap menaikkan produksi hingga 33% menjadi 32.000 ton pada tahun 2017. Selain itu, pelaku pasar perlu mewaspadai potensi kenaikan suku bunga The Fed pada Januari atau Maret 2017.

Ibrahim memprediksi harga timah di kuartal satu 2017 mendatang bakal bergerak dalam rentang US$ 20.100- US$ 23.200 per metrik ton.

- Nikel

Ibrahim menuturkan, sentimen dari Filipina adalah pendorong utama kenaikan harga nikel. Ini terjadi setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan audit terhadap operasional produksi tambang nikel.

"Ini membuat pasokan nikel di pasar global kering, mengingat Filipina adalah salah satu pemasok terbesar," jelas Ibrahim.

Bahkan Deutsche Bank AG memprediksi, jika 20 tambang nikel di Filipina berhenti berproduksi, maka akan terjadi pemangkasan produksi nikel global hingga 200.000 ton. Di sisi lain, permintaan justru meningkat, di antaranya didorong peningkatan kegiatan produksi di China.

Pada November 2016 lalu produksi industri China tumbuh 6,2%. Tahun depan, pasar di China dan AS diprediksi makin menggeliat. Alhasil, Ibrahim memprediksi harga nikel di kuartal satu 2017 akan bergerak di kisaran US$ 9.150 - US$ 12.100 per metrik ton.

Tapi koreksi harga masih bisa terjadi bila The Fed menaikkan suku bunga di Januari atau Maret 2017 mendatang. Selain itu, keputusan pemerintah Indonesia merelaksasi kebijakan ekspor nikelnya bisa membuat pasokan global melimpah.

- Tembaga

Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto bilang, harga tembaga naik didorong permintaan tak terduga dari China. Data Shanghai Metal Market menunjukkan, impor konsentrat tembaga di Negeri Tirai Bambu itu pada periode Januari-November melaju 29%. Selain itu, defisit pasokan juga terjadi.

International Cooper Study Group (ICSG) mencatat, selama periode Januari-September terjadi kekurangan pasokan hingga 84.000 ton. Namun di tahun 2017, Andri pesimistis harga tembaga bisa tumbuh tinggi, melampaui pertumbuhan harga tahun ini. Beberapa katalis negatif akan membayangi.

"Dari Indonesia, kemungkinan akan terjadi peningkatan produksi kalau Freeport berhasil mendapatkan persetujuan pengecualian untuk ekspor konsentrat," papar Andri.

Produksi Zambia juga diperkirakan akan bertambah sekitar 800.000 ton. Nah, jika ini benar terjadi maka kenaikan harga tembaga bakal tertahan. Andri memprediksi di kuartal I-2017 harga tembaga menyentuh level US$ 5.500 per metrik ton.

- Aluminium

Andri menyebut, membaiknya ekonomi China membuat permintaan aluminium dari Negeri Tirai Bambu ini meningkat signifikan. Permintaan antara lain datang dari industri otomotif China. Di November, impor aluminium Negeri Panda terdongkrak 28%.

"Total pemakaian aluminium di China meningkat 4%-5%," kata Andri.

Berdarkan data China Association of Automobile Manufacturers, penjualan kendaraan bermotor di China bulan November 2016 terbang 17% dibanding bulan sebelumnya.

Bahkan sepanjang Januari-November 2016, penjualan kendaraan melesat 16% atau 21,7 juta unit kendaraan, ketimbang periode yang sama tahun lalu. Harga aluminium tahun depan masih bisa naik, tetapi tidak akan setinggi tahun ini.

Maklum, harga masih bergantung pada permintaan dari China dan realisasi kebijakan Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45. Dari sisi pasokan, aluminium cenderung lebih stabil ketimbang komoditas logam indutri lainnya.

Memang ada potensi kenaikan produksi di China sebesar 4,5 juta ton dan India sekitar 385.000 ton, tetapi permintaan aluminium juga masih cukup tinggi. Andri menebak harga aluminium pada kuartal I-2017 berada di kisaran US$ 1.800- US$ 1.900 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×