Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sepertinya, investor harus mewaspadai koreksi rupiah setelah penguatan yang terlampau tinggi pekan lalu. Di pasar spot, Jumat (4/6) valuasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melesat 0,75% ke 13.132 dibandingkan hari sebelumnya. Sejalan, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia menguat 0,76% menjadi 13.159.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, mengatakan, penguatan rupiah terjadi karena tingginya kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia di masa mendatang. Ini terlihat dari arus modal di pasar saham dan obligasi.
“Secara teknikal masih bullish,” jelas Rully. Selain itu, ada kemungkinan penurunan harga bahan bakar minyak lanjutan dan ruang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia di bulan ini.
Jika kedua hal tersebut terjadi, maka penguatan rupiah masih terbuka lebar. Walaupun koreksi rupiah tetap mengintai karena sajian data ketenagakerjaan AS. Teranyar, data tenaga kerja non pertanian AS Februari 2016 melesat dari 172.000 menjadi 242.000 serta tingkat pengangguran yang bertahan di level 4,9%.
Namun jika rupiah koreksi hanya dalam rentang terbatas karena data upah tenaga kerja AS merosot signifikan dari 0,5% menjadi minus 0,1%.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst Asia Tradepoint Futures juga mengingatkan, potensi koreksi rupiah karena sudah jenuh beli alias overbought. “Bukan tidak mungkin menguat lagi, hanya rentangnya lebih sempit,” ujar Deddy.
Deddy memproyeksikan, rupiah Senin (7/3) bergulir di 13.050–13.200. Sedangkan Rully menebak rupiah bergerak di antara 13.115–13.195.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News