Reporter: Namira Daufina | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Meski ada sinyal koreksi dari sisi teknikal, fundamental rupiah kuat untuk bertahan. Di pasar spot, Jumat (4/6) valuasi rupiah melesat 0,75% ke level Rp 13.132 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia valuasi rupiah menguat 0,76% di level Rp 13.159 per dollar AS.
“Bukan tidak mungkin Senin (7/3) masih akan bisa menguat hanya rentangnya yang lebih sempit karena sedikit terganjal saja,” ujar Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures.
Karena data upah tenaga kerja AS merosot signifikan dari 0,5% menjadi minus 0,1%. Selain memang harus mewaspadai pergerakan overbought rupiah yang sudah melaju terlampau kencang.
Dari sisi teknikal, penguatan rupiah yang tajam bisa memicu aksi profit taking. Tentunya hal itu bisa berimbas buruk bagi rupiah.
“Memang di awal pekan ini belum akan ada rilis data ekonomi Indonesia terbaru, namun memandang ke depan, diprediksi semua masih positif untuk ekonomi,” papar Deddy.
Proyeksi indikator ekonomi yang positif membuat rupiah memiliki kekuatan untuk bertahan. Sementara serangan dari kekuatan USD tidak sepenuhnya pulih. Karena mengingat kecilnya peluang The Fed menaikkan suku bunga di bulan ini yang efeknya negatif pada index USD.
"Dari eskternal, tekanan rupiah masih kecil," kata Deddy. Apalagi di antara mata uang dan perekonomian Asia lainnya, Indonesia terhitung paling stabil. Setelah Jepang dan China tergerus kepercayaan pasar akan ekonominya yang tak kunjung pulih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News