Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Reksadana saham bisa menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor pasca pemilihan umum presiden (pilpres) nanti. Produk reksadana ini berpotensi mencatat kenaikan lebih tinggi ketimbang jenis reksadana lainnya.
Saran tersebut salah satunya datang dari Senior Fund Manager BNI Asset Management, Hanif Mantiq. Menurutnya, pasca pilpres, investor bisa memperbesar porsi reksadana saham hingga 60%. Selanjutnya sekitar 25% di reksadana campuran dan 15% reksadana pendapatan tetap. "Karena berdasarkan historis 10 tahun terakhir, reksadana saham mampu memberi return paling tinggi," kata Hanif, Rabu (25/6).
Estimasi Hanif, reksadana saham mampu memberikan rata-rata return 24% per tahun. Sedangkan reksadana campuran sekitar 15% dan reksadana pendapatan tetap bisa sekitar 10% per tahun.
Sedangkan situasi saat ini, Hanif mengatakan sejumlah faktor musiman seperti, momentum Ramadan, Piala Dunia, serta jelang pilpres akan berpengaruh terhadap sepinya pergerakan pasar modal secara jangka pendek. "Investor cenderung wait and see. Pasar baru akan mengalami pergerakan setelah hasil pilpres keluar," kata Hanif.
Direktur PT Panin Asset Management Ridwan Soetedja mengatakan hal senada. Menurut dia, reksadana saham dan campuran lebih menarik untuk investasi pasca pilpres. "Karena apabila hasil pilpres sesuai ekspektasi pasar, reksadana saham dan campuran yang akan naik lebih dulu dan lebih cepat," papar Ridwan.
Kedua jenis reksadana tersebut juga bisa menjadi pilihan investasi meskipun hasil pemilihan presiden tidak sesuai ekspektasi pasar. Apabila hal itu terjadi, Ridwan memperkirakan pasar akan mengalami koreksi dalam jangka pendek."Namun yang akan lebih dulu rebound adalah reksadana saham dan campuran sehingga investor akan diuntungkan," tutur Ridwan.
Ridwan menyarankan, investor mengalokasikan sekitar 50% dari total dana di reksadana saham. Sedangkan sisanya sekitar 50% di reksadana campuran.
Sementara Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro menyarankan, investasi sesuai tujuan dan jangka waktu investasi. Misalnya, investasi jangka panjang sekitar 20 tahun-30 tahun, investor dapat masuk ke reksadana saham. Sedangkan investasi sekitar 5-10 tahun di reksadana campuran. "Pasar modal akan mengalami naik turun, tergantung bagaimana investor menyikapi, apakah akan membeli saat murah dan menjual saat tinggi," terang Legowo.
Sehingga, investasi harus dilakukan secara reguler tanpa mempertimbangkan market timing terutama untuk investasi jangka panjang. "Perolehan return dipengaruhi oleh alokasi aset yang tepat, stock atau bond selection. Baru kemudian market timing," kata Legowo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News