kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasar sudah antisipasi keputusan BI, yield obligasi Indonesia bergerak stabil


Kamis, 17 September 2020 / 20:29 WIB
Pasar sudah antisipasi keputusan BI, yield obligasi Indonesia bergerak stabil
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (17/9) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRR) di level 4,00%.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan keputusan tersebut sudah sesuai dengan perkiraan dan sudah diantisipasi pasar. Kendati demikian, meski suku bunga acuan tetap, Fikri cukup yakin yield SUN acuan 10 tahun Indonesia punya peluang untuk kembali turun.

“Keputusan BI mempertahankan suku bunga memang tidak ada pengaruh signifikan terhadap pergerakan yield SUN. Namun, apresiasi rupiah dalam beberapa hari terakhir serta Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang stabil dalam beberapa waktu terakhir akan mampu mendorong yield SUN lebih rendah dari nilai saat ini,” ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Rabu (17/9)

Asal tahu saja, mengutip Bloomberg, yield SUN acuan 10 tahun pada Kamis (17/9) berada di level 6,899. Level ini tidak berbeda jauh dengan level sebelumnya yang berada di 6,894. Sementara untuk level CDS seri acuan 10 tahun ada di level 156,575 per Rabu (16/9).

Baca Juga: Meski ada pandemi, outlook Indonesia ke depan diperkirakan akan terus membaik

Salah satu yang menarik adalah obligasi Indonesia merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup stabil saat ini. Hal ini tercermin ketika pengumuman pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), harga saham terkoreksi sementara obligasi justru stabil.

Fikri mengatakan hal ini diakibatkan likuiditas domestik yang masih tetap terjaga di tengah sentimen tersebut. Hal ini pada akhirnya turut membuat permintaan terhadap SUN juga cenderung tetap terjaga.

“SUN ini masih akan menjadi instrumen lindung nilai paling favorit di saat perekonomian cenderung masih berisiko dan penuh ketidakpastian seperti sekarang,” tambah Fikri.

Sementara terkait investor asing, Fikri menilai saat ini posisi mereka masih cenderung wait and see dan belum bergerak untuk masuk atau keluar secara signifikan. Namun, ia bilang keluarnya dana asing dalam beberapa waktu terakhir lebih dikarenakan apresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Fikri mengatakan, masuknya investor asing ke obligasi Indonesia punya pengaruh besar untuk membuat yield semakin rendah. Selain itu terdapat faktor lain yang berpotensi membuat yield acuan 10 tahun bisa terus bergerak turun pada sisa tahun ini.

“Ini bergantung pada bagaimana perkembangan vaksin, jumlah pasien dan bagaimana countercyclical policy yang dilakukan otoritas. Karena saya melihat di negara-negara peers, tingkat yield SUN saat ini sudah lebih rendah dibanding sebelum pandemi, sehingga seharusnya Indonesia juga akan berada di tren yang sama,” tambah Fikri.

Jika kondisi berlangsung baik dan sesuai harapan yang disebut Fikri sebelumnya, ia optimistis yield acuan SUN 10 tahun bisa bergerak antara 6,0% - 6,5%.

Selanjutnya: Penerbitan Obligasi Korporasi Ramai, Emiten Cari Dana Segar di Tengah Pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×