Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah berbagai tekanan belakangan ini, banyak kalangan memperkirakan outlook Indonesia ke depan masih akan tetap menarik. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta mulai minggu ini disebut tidak akan banyak memberi imbas negatif seperti penerapan sebelumnya.
Direktur PT Ashmore Asset Management Indonesia Arief Wana meyakini Indonesia secara makro maupun mikro memiliki data dan fundamental yang baik. Dengan demikian, ia optimistis prospek pemulihan ekonomi Indonesia masih akan tetap baik. Secara makro, ke depan pertumbuhan GDP akan terus meningkat karena hasil kuartal II-2020 merupakan yang terburuk sudah lewat.
“Secara mikro, kebanyakan pendapatan perusahaan publik pada kuartal II-2020 walau turun 35% dari sisi topline, angka tersebut masih lebih baik dari perkiraan. Dengan banyaknya perusahaan yang tetap punya balance sheet dan likuiditas yang baik di tengah kondisi sekarang, ini bisa jadi leverage dan buat pertumbuhan jauh lebih baik ke depan,” ujar Arief dalam acara Webinar Kontan.co.id, Kamis (17/9).
Namun, Arief menggarisbawahi, sentimen pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) bisa mengakibatkan volatilitas pada pasar. Hal tersebut bergantung pada siapa kandidat yang nantinya akan menang.
Baca Juga: BI pertahankan suku bunga acuan, IHSG diprediksi lanjut melemah Jumat (18/9)
Jika Donald Trump menang, pasar akan merespon positif seiring kebijakan Trump yang pro-market. Namun, risiko perang dagang akan kembali menguat dan hal tersebut kurang menguntungkan emerging market.
Di satu sisi, jika Joe Biden yang menang, volatilitas pasar akan bergerak dinamis akibat pergantian presiden AS dan disusul dengan potensi perubahan kebijakan ekonomi. Namun, kemenangan Joe Biden disinyalir bisa jadi katalis positif untuk emerging market, seperti Indonesia.
Sementara itu, Head of Wealth Management & Premier Banking Commonwealth Bank Ivan Jaya mengatakan, di tengah kondisi pasar yang belum seutuhnya pulih, justru jadi momen paling tepat bagi investor untuk melakukan investasi.
“Kondisi seperti saat ini di mana semua instrumen investasi secara valuasi murah dan layak koleksi itu jarang terjadi. Oleh karena itu jangan sampai melewatkan momen ini, jika market sudah mulai rally, masuk ke pasar investasi tentu jadi lebih sulit dan tidak terlalu menguntungkan,” tambah Ivan.
Ivan menambahkan, salah satu katalis yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan adalah kelanjutan mengenai omnibus law. Pasalnya, aturan tersebut berpotensi memudahkan aliran Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun depan lebih baik lagi.
Dengan kondisi saat ini, Ivan telah merekomendasikan susunan portofolio bagi para investor sesuai dengan profil investasi masing-masing. Bagi investor konservatif bisa menyusun portofolionya 60% pada reksadana pasar uang atau deposito, 35% pada reksadana pendapatan tetap atau obligasi, sementara 5% sisanya pada reksadana saham.
Sementara untuk yang berprofil moderat, 35% pada reksadana pasar uang atau deposito, 35% pada reksadana pendapatan tetap atau obligasi, sementara 30% pada reksadana saham. Sedangkan yang agresif bisa menyusun dengan 60% reksadana saham, 20% pada reksadana pasar uang atau deposito dan 20% pada reksadana pendapatan tetap atau obligasi.
Baca Juga: IHSG turun 0,40% ke 5.038 pada akhir perdagangan Kamis (17/9), asing lepas saham bank
Bagi yang tertarik masuk pasar saham, Arief menyebut, perusahaan dengan kinerja penjualan yang tetap bagus, mampu melakukan efisiensi maksimal dengan tidak melakukan PHK terhadap pegawainya dan masih bisa menekan biaya turun adalah perusahaan yang akan jadi pemenang pada pandemi kali ini.
“Perusahaan dari sektor pertambangan adalah salah satu yang menarik untuk dicermati. Terlebih harga komoditas juga tidak turun seperti yang diperkirakan bahkan sudah mulai rebound dan melewati harga pre-covid 19,” jelas Arief.
Arief juga menyebut emiten perbankan, khususnya yang BUMN, juga menjadi perusahaan yang menarik. Pasalnya, dari segi valuasi masih murah dan punya ruang pertumbuhan, serta likuiditas yang masih melimpah dan balance sheet yang stabil pada situasi saat ini. Arief pun memproyeksikan IHSG berpeluang menuju rentang level 5.400 - 5.500 pada akhir tahun nanti.
Selanjutnya: Imbas PSBB Jakarta, Imbal Hasil Reksadana Saham Berpotensi Kian Menciut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News