kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pasar Saham Tertekan, Simak Strategi Investasi Berikut


Selasa, 05 Juli 2022 / 06:25 WIB
Pasar Saham Tertekan, Simak Strategi Investasi Berikut


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di zona merah. Pada Senin (4/7) IHSG merosot 2,28% ke level 6.639,17.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi melihat banyak investor lebih memilih untuk take profit serta masih wait and see

"Lantaran pelaku pasar merasakan beberapa kekhawatiran seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi global, terjadinya resesi, dan dampak perang antara Rusia dengan Ukraina," ucap Reza kepada Kontan.co.id, Senin (4/7). 

Baca Juga: IHSG Masih Rawan Koreksi, Saham-saham Ini Menarik untuk Dicermati

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan penyebab penurunan IHSG beragam. Tapi pada dasarnya terjadi aksi jual yang lebih besar ketimbang aksi beli sehingga harga turun. 

Rudiyanto melihat tidak ada perubahan pada outlook di Indonesia. Laba bersih dari sektor komoditas masih bagus. 

"Begitu pula perbankan, aktivitas masyarakat lebih longgar dan punya tabungan provisi NPL yang ternyata tidak macet sejak 2020. Yang agak berubah adalah persepsi investor asing," ucap Rudiyanto. 

Reza mengatakan, data inflasi tahunan bulan Juni yang melonjak 4,35% ikut memengaruhi pelemahan IHSG. Hal ini mengingat hasil data inflasi umum tersebut melebihi target inflasi umum maksimum dari BI sebesar 4%. Di sisi lain, hasil data S&P Global Manufacturing PMI Indonesia per Juni yang mengalami perlambatan pada level 50,2.

Rudiyanto mengatakan, kenaikan bunga The Fed yang lebih agresif membuat konsumsi masyarakat global menurun karena dampak inflasi tinggi. 

Sementara harga komoditas mulai turun tetapi, harga minyak BBM masih tetap sehingga kondisi ini membuat daya tarik Indonesia berkurang. Kedua, Bank Sentral Amerika Serikat sudah menaikkan bunga dari 0%-0,25% menjadi 1,5%-1,75%. Sementara BI rate masih tetap 3,5% dari awal tahun hingga Juni.

"Memang ada argumen bahwa inflasi Indonesia masih terkendali, tapi kelihatannya hal ini juga menjadi sentimen negatif asing," ucap Rudiyanto. 

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Selasa (5/7)

Rudiyanto mengatakan kombinasi antara komoditas dan perbedaan kebijakan The Fed membuat asing berspekulasi bahwa mata uang rupiah bisa melemah signifikan terhadap dolar dengan asumsi bisa ke level Rp 15.000 per dolar AS-Rp 16.000 per dolar AS.

Pada akhir tahun nanti, Rudiyanto memperkirakan IHSG masih berpeluang untuk bergerak ke area 7.500-8.000. Sementara Reza mengatakan target indikasi IHSG belum berubah pada akhir tahun masih berada di level 7.300.

Rudiyanto melihat adanya asumsi pelemahan mata uang dapat menjadi pemicu asing untuk net sell di pasar saham. 

Baca Juga: Ditutup Anjlok 2,28% ke Level 6.639, Simak Proyeksi IHSG pada Selasa (5/7)

Sementara sentimen positif bisa berasal dari potensi kenaikan suku bunga BI. Sehingga sentimen negatif di kurs rupiah berubah dan asing net buy kembali.

"Tapi dengan catatan sesuai harapan asing juga, misalnya naik 50 bps atau lebih tinggi. Kalau masih konservatif, mungkin tekanan jual masih berlanjut," ucap Rudiyanto. 

Pada kondisi saat ini Rudiyanto mengatakan investor bisa mengambil peluang beli saat harga murah. Jika masih ragu, investor bisa bertahap masuk ke reksadana saham yang harganya lebih murah. 

Baca Juga: Saham-Saham Batubara Sudah Tinggi, Apa yang Harus Dilakukan Investor?

Reza menyarankan untuk para investor yang berminat di pasar saham bisa mulai cicil beli dari sekarang. Untuk investor yang masih wait and see, investor bisa parkir terlebih dahulu di pasar uang hingga momentum koreksi yang diharapkan. Setelah itu, investor bisa beralih ke pasar saham.

"Sementara untuk pilihan saham yang dapat dipilih dan cermati ada sektor energi dan perbankan," ucap Reza. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×