kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.093.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.430   24,00   0,15%
  • IDX 7.937   83,06   1,06%
  • KOMPAS100 1.111   9,35   0,85%
  • LQ45 809   4,06   0,50%
  • ISSI 272   3,87   1,45%
  • IDX30 420   2,48   0,59%
  • IDXHIDIV20 486   1,71   0,35%
  • IDX80 123   0,86   0,71%
  • IDXV30 133   -0,09   -0,07%
  • IDXQ30 136   1,05   0,78%

Pasar pulih, lelang sukuk diprediksi ramai peminat


Sabtu, 17 Oktober 2015 / 11:34 WIB
Pasar pulih, lelang sukuk diprediksi ramai peminat


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara pada Selasa (20/10) disinyalir bakal ramai peminat. Permintaan yang masuk diperkirakan antara Rp 4 triliun hingga Rp 6 triliun.

Pada lelang tersebut, pemerintah menawarkan tiga seri sukuk. Pertama, SPN-S 07042016 dengan diskonto dan jatuh tempo pada 7 April 2016. Instrumen ini beraset dasar Barang Milik Negara (BMN). Kedua, project based sukuk (PBS) seri PBS006 dengan imbalan 8,25% dan jatuh tempo 16 September 2020. Ketiga, seri PBS009 dengan imbalan 7,75%  dan jatuh tempo 25 Januari 2018. Seri PBS beraset dasar proyek atau kegiatan dalam APBN-P 2015. Dari lelang ini, pemerintah membidik dana Rp 2 triliun.

Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menduga, lelang sukuk akan kelebihan permintaan dua hingga tiga kali lipat dari target, atau sekitar Rp 4 triliun-Rp 6 triliun. Alasannya, tekanan di pasar surat utang domestik sudah mereda. Ini lantaran spekulasi kenaikan suku bunga The Fed sudah mulai surut.

Apalagi, dari sisi rupiah sudah mulai pulih seiring aksi pemerintah menerbitkan empat paket kebijakan ekonomi. "Hal ini akan dimanfaatkan investor untuk masuk ke pasar obligasi negara. Imbal hasil sukuk yang umumnya lebih tinggi juga menarik investor," tutur Ariawan.

Ariawan menyarankan, investor meminta yield yang kompetitif jika ingin mendapat sukuk di pasar primer. Sebab, pemerintah akan lebih selektif, lantaran hampir memenuhi target penerbitan surat utang negara (SUN) tahun 2015. "Pemerintah tak lagi mengejar nominal, melainkan kualitas. Bargaining power pemerintah lebih besar. Kalau investor minta yield tinggi, tidak akan diserap," tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×