Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar keuangan optimistis daya beli masyarakat Indonesia masih terjaga, meskipun inflasi Mei 2018 berada di bawah ekspektasi. Sinyal pelemahan daya beli masyarakat dianggap sebagai masalah lama.
Analis senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, kenaikan suku bunga acuan dua kali sebulan oleh Bank Indonesia (BI) berpotensi terus menekan daya beli. William melihat bahwa besaran inflasi Mei sepenuhnya murni karena intervensi pemerintah terhadap harga di pasar.
Survei konsumen dari Bank Sentral juga turut memperkuat alasan untuk menampik sinyal, bahwa daya beli masyarakat turun. "Survei konsumen dari BI memperkirakan pengeluaran untuk tiga bulan mendatang bakal meningkat, terlihat dari indeks yang naik," kata William, Selasa (5/6).
Survei penjualan eceran BI untuk Maret 2018 mengindikasikan adanya peningkatan tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran dalam tiga bulan mendatang (Juni 2018). Itu sejalan dengan faktor musiman Ramadan dan Idul Fitri. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan naik menjadi 169,0 dari 164,0 pada bulan sebelumnya.
Sehingga, William meyakini inflasi Ramadan cukup rendah. Pertama karena intervensi pemerintah. Kedua ada pola divergent antara inflasi dan survei BI yang sekuritas berpikir inflasi rendah hanya bersifat sementara.
"Saya lihat masyarakat pilih untuk tahan belanja dan siapkan belanja untuk kebutuhan sekolah dan liburan panjang," tutur William. Dia menambahkan, inflasi Juni akan tinggi karena efek gaji ke-13 kepada PNS dan pensiunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News