kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lemahnya daya beli belum tercermin dari inflasi Ramadan tahun ini


Selasa, 05 Juni 2018 / 20:45 WIB
Lemahnya daya beli belum tercermin dari inflasi Ramadan tahun ini
ILUSTRASI. Harga sayur dan bumbu dapur


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rendahnya inflasi Ramadan tahun ini, dinilai belum cukup kuat dijadikan cerminan kondisi daya beli Tanah Air sepanjang 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Mei tercatat 0,21% month on month (mom). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi pada Ramadhan tahun lalu yang mencapai 0,39% di Mei 2017.

Umumnya, inflasi sepanjang Ramadan tumbuh tinggi di kisaran 0,5% mom. Mengingat, Ramadan selalu menjadi ajang atau momentum puncak daya beli masyarakat. Namun, untuk tahun ini inflasi Ramadan justru jadi inflasi terendah.

Kepala Riset Koneksi Kapitaal Alfred Nainggolan mengungkapkan, inflasi rendah belum bisa dijadikan sinyal untuk menggambarkan kondisi daya beli melemah. Menurutnya, analisis yang menyatakan daya beli turun, itu masih terbilang rapuh.

Menurutnya, saat ini pasar meyakini bahwa inflasi Ramadan yang lebih rendah tahun ini, karena banyaknya intervensi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga di pasar. "Bisa saja karena distribusinya yang semakin baik, sehingga cost-nya (harga) lebih baik," ungkap Alfred kepada Kontan, Selasa (5/6).

Selain itu, banyak program pemerintah yang secara massive dikerahkan tahun ini, untuk menyalurkan kebutuhan pokok selama Ramadan. "Masih agak rapuh untuk menentukan daya beli lemah karena inflasi rendah. Kami belum lihat faktor pelemahan daya beli, karena biasanya akan diiring oleh tingkat pendapatan," ujarnya.

Lewat momentum Ramadan, Alfred mengungkapkan tingkat pendapatan masyarakat masih terjaga. Bahkan, tren pendapatan di Tanah Air cenderung masih akan berlanjut. "Untuk mengatakan inflasi Ramadan rendah karena daya beli, itu bisa dieliminasi," tuturnya.

Emiten-emiten sektor barang konsumsi, properti dan otomotif yang memiliki kaitan erat dengan daya beli, masih menarik dilirik. Alfred menilai, ke depan yang akan mempengaruhi penjualan bukan saja hanya daya beli, melainkan juga confidence atau kenyamanan.

Hingga akhir 2018, ia menilai inflasi masih akan tumbuh sesuai harapan pasar, sehingga belum akan memberikan dampak signifikan. Jika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 4,75% saat ini, maka inflasi yang ideal hingga akhir tahun di kisaran 3,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×