Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi domestik masih rentan terhadap gejolak, setidaknya hingga rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terkait kenaikan suku bunga AS terlaksana pada 21 Maret. Investor perlu melakukan antisipasi agar bisa melewati periode sulit tersebut dengan aman.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail menyarankan agar investor memperbanyak porsi surat utang negara (SUN) bertenor pendek atau kurang dari lima tahun. Pasalnya, kenaikan imbal hasil yang dialami obligasi bertenor pendek relatif tidak terlalu signifikan seperti obligasi bertenor panjang.
“Rentang kenaikan yield seri jangka panjang biasanya cukup lebar sehingga koreksi harganya juga cenderung lebih dalam,” katanya, Kamis (1/3).
Senada, Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga menganggap, pembelian SUN bertenor pendek menjadi langkah paling ideal bagi investor ketimbang harus membeli obligasi korporasi.
Ia melanjutkan, obligasi korporasi umumnya menawarkan kupon yang lebih tinggi dan lebih stabil daripada obligasi pemerintah. Namun, obligasi korporasi memiliki kelemahan dalam hal likuiditas di pasar sekunder akibat minimnya transaksi. Obligasi ini pun relatif lebih cocok untuk investor yang biasa menahan kepemilikannya hingga jatuh tempo.
“Karena gejolak pasar hanya sementara, sebaiknya beli seri tenor pendek sembari menunggu pasar pulih,” ujarnya.
Sekadar informasi, gejolak pasar di bulan Februari meneybabkan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) melemah 1,2% secara month on month. Bahkan, pada Rabu (28/2), ICBI berada di level terendahnya sepanjang tahun ini, yaitu 242,72. Adapun pada penutupan hari ini (1/3), ICBI berada di level 242,49.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News