Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat memicu gejolak di pasar obligasi domestik dalam beberapa waktu terakhir. Buktinya, sepanjang Februari kinerja Indonesia Composite Bond Index (ICBI) melemah 1,2% secara month on month.
Bahkan, pada Rabu (28/2), ICBI berada di level terendah sepanjang tahun ini, yaitu 242,72. Sedangkan pada penutupan hari ini (1/3), ICBI berada di level 242,49.
Fund Manager Capital Asset Management, Desmon Silitonga menjelaskan, koreksi di pasar obligasi domestik terjadi sejak momentum agenda Federal Open Market Committee (FOMC) berlangsung.
Berdasarkan agenda tersebut, The Fed semakin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan AS di pengujung Maret. Hal ini tidak lepas dari membaiknya sejumlah data ekonomi di negeri Paman Sam, salah satunya data inflasi.
Kondisi semakin pelik ketika para pelaku pasar menilai Jerome Powell, Ketua The Fed yang baru, percaya diri menaikan suku bunga acuan AS secara gradual. “Tahun ini bisa saja Fed Fund Rate naik hingga empat kali,” katanya, Kamis (1/3).
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail menyampaikan, isu perbaikan ekonomi AS mampu mengerek imbal hasil US Treasury hingga kemudian diikuti oleh naiknya imbal hasil surat utang negara secara global, termasuk Indonesia.
Dampaknya, kestabilan pasar obligasi dan nilai tukar rupiah menjadi terganggu sehingga berujung pada keluarnya dana pihak asing.
Ditjen Pembiayaan Pengelolaan dan Risiko Kemenkeu mencatat, secara MoM hingga 28 Februari, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berkurang Rp 21,55 triliun menjadi Rp 848,22 triliun.
Ahmad menilai, walau fundamental ekonomi Indonesia masih tergolong stabil, hal tersebut belum mampu menolong koreksi yang terjadi di pasar obligasi untuk saat ini. “Sentimen dari eksternal begitu kuat dan berdampak secara global,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News