kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar modal Indonesia diprediksi akan membaik tahun depan, berikut pendorongnya


Selasa, 10 Desember 2019 / 17:05 WIB
Pasar modal Indonesia diprediksi akan membaik tahun depan, berikut pendorongnya
ILUSTRASI. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi (kiri)


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2019, perekonomian Indonesia diguncang beberapa sentimen, baik dari domestik maupun global. Tak ayal, pasar modal tanah air pun terpengaruh sentimen-sentimen ini.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menilai, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China memberi dampak yang negatif terhadap industri manufaktur dan investasi.

Selain itu, sentimen lainnya datang dari kebijakan suku bunga. Dalam setahun ini, Bank Sentral AS The Federal Reserves (The Fed) telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali yang pada akhirnya diikuti oleh banyak bank sentral di dunia.

“Keseluruhan hal ini memberi pengaruh besar terhadap pembentukan aktivitas ekonomi baik di Indonesia dan berdampak pada kepercayaan dan iklim investasi di dalam negeri tujuan,” ujar Inarno dalam pembukaan Market Outlook 2020 di Jakarta, Selasa (10/12).

Baca Juga: Asing catatkan net buy Rp 41,73 triliun sejak awal 2019, OJK: Pasar masih terjaga

Di sisi lain, Direktur dan Kepala Riset Citigroup Sekuritas Indonesia Ferry Wong menilai, pasar modal Indonesia berpeluang untuk bangkit pada tahun depan. Ia menilai, pengaruh perang dagang antara AS dengan China akan segera mereda.

Akan tetapi, ia mengatakan pemerintah perlu mewaspadai kondisi neraca dagang antara Indonesia dengan China. Sebab, neraca dagang Indonesia dengan China masih defisit.

Menurut Ferry, China selalu membalas aksi perang dagang dengan melakukan pelemahan mata uang yuan. Hal ini rentan berpengaruh terhadap kondisi neraca dagang Indonesia-China.

“Jika mata uang China melemah, impor dari China pasti akan banyak dan pastinya defisit perdagangan dengan China melebar dan Current Account Defisit (CAD) Indonesia juga akan melebar,” ujar Ferry.

Di sisi lain, President Director Mandiri Manajemen Investasi Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa menilai, katalis positif lainnya datang dari adanya omnibus law yang akan mulai efektif pada 2020. 

Sebab, ia menilai dengan adanya omnibus law ini maka diharapkan dapat berdampak langsung pada laba perusahaan, utamanya perusahaan terbuka.

Baca Juga: BEI gaet 250 investor baru lewat Social Media Influencer Investor Incubator 2019

“Karena pemotongan pajak korporasi terutama untuk perusahaan go public bisa turun hingga 17% tahun depan,” ujar Alvin, Selasa (12/10).

Selain itu, perekonomian global diprediksi akan mulai membaik. Pada 2020, perekonomian global diekspektasikan tumbuh di kisaran 3%-3,5%.

Ia memprediksi, kondisi ini akan mulai berdampak positif pada pasar ekuitas tanah air mulai kuartal II 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×