Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar saham dan obligasi belum tumbuh signifikan di awal tahun ini. Bahkan, volatilitas kedua instrumen tersebut cenderung masih tinggi seiring pemulihan ekonomi yang belum berjalan dengan maksimal.
Hal tersebut berdampak pada kinerja reksadaana, terutama yang memiliki portofolio di kedua instrumen tersebut. Namun, kini para manajer investasi lebih banyak mempertebal aset obligasi untuk mempertahankan kinerja reksadana campuran.
Berdasarkan data Infovesta Utama, Jumat (23/4), rata-rata kinerja reksadana campuran minus 0,55% secara year to date (ytd). Di periode yang sama, kinerja IHSG tumbuh 0,63% ytd. Sedangkan, kinerja pasar obligasi tumbuh 0,83% ytd.
Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan, di kuartal pertama tahun ini memang memberikan kondisi yang sulit bagi manajer investasi untuk catatkan kinerja positif. Namun, dia optimistis hingga akhir tahun pasar obligasi akan rebound dan disusul membaiknya kinerja pasar saham.
Senada, Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan tidak meragukan fundamental pasar keuangan saat ini. Menurut dia, kinerja pasar saham dan obligasi yang cenderung menurun saat ini lebih dipengaruhi oleh sentimen negatif eksternal yang sifatnya sementara.
"Alokasi aset masih fokus untuk investasi dan bukan meningkatkan porsi kas karena kondisi pasar keuangan saat ini masih terkendali," kata Dimas.
Pasar obligasi saat ini tidak bisa tumbuh signifikan karena masih tertekan oleh kenaikan yield US Treasury. Namun, Dimas melihat pengelolaan utang Indonesia yang baik menjadi fundamental yang kuat bagi pasar obligasi.
Baca Juga: Manajer investasi sambut positif penyeragaman penghitungan indeks dengan free float
Di tengah kinerja pasar keuangan yang masih lesu, Soni melakukan average down dengan membeli lebih banyak obligasi dalam mengelola reksadana campuran. "Ke depan semoga bisa mengurangi porsi kas juga secara bertahap," kata Soni, Senin (26/4).
Sementara, Dimas cenderung meningkatkan porsi aset reksadana campuran di obligasi korporasi. "Di tengah volatilitas pasar yang tinggi kami memilih obligasi korporasi dari emiten yang tidak sekedar menawarkan kupon tinggi melainkan memiliki kualitas fundamental bisnis yang kuat," kata Dimas.
Jika kondisi sentimen negatif dari eksternal sudah mereda, Sucorinvest pun akan kembali menambah aset obligasi pemerintah.
Dalam upaya memaksimalkan kinerja reksadana campuran, Dimas mengatakan dalam jangka pendek cenderung memilih aset saham second dan third liner. Namun, Sucorinvest AM juga tetap mengamati pergerakan saham big caps.
"Koreksi pasar saham saat ini membuat valuasi saham big caps kembali menarik dan berpotensi bullish di sepanjang tahun ini," ungkap dia. Ditambah sentimen harga komoditas yang kompak naik, Dimas optimistis pasar saham berpotensi unggul di sepanjang tahun ini di atas kinerja pasar obligasi.
Selanjutnya: Ini penyebab kinerja reksadana saham masih loyo di tahun 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News