Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski menguat sejak awal tahun, pasar kripto diperkirakan masih akan tertekan.
Berdasarkan data coinmarket, harga Bitcoin (BTC) sepekan terakhir hingga Rabu (13/9) pada pukul 16.19 WIB menguat 0,90% ke US$ 25.943. Harga itu juga naik tipis atau 0,07% dari hari sebelumnya.
Sejak awal tahun (YTD) harga BTC juga tercatat juga telah naik 55,95%, meskipun harga saat ini masih jauh dari harga tertingginya di November US$ 69.000.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menuturkan data kenaikan harga Bitcoin secara YTD memang cukup positif. BTC mampu bergerak lebih dari 56% dari awal tahun di kisaran angka US$ 16.486 menuju di atas level US$ 31.000 pada bulan Juni lalu.
"Tapi saat ini BTC terus tertekan yang disebabkan oleh banyak faktor, baik dari sisi makroekonomi dan industrinya sendiri," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (13/9).
Baca Juga: Meski Menghijau, Bitcoin Diprediksi Masih Tertekan Sepanjang Tahun 2023
Apalagi volume perdagangan BTC sempat mencapai level terendah dalam hampir lima tahun pada bulan Agustus lalu. Menurutnya, investor terus menunggu alasan untuk kembali terjun ke pasar.
Fyqieh memaparkan, berdasarkan analisis data CryptoQuant dari bursa spot dan derivatif menunjukkan total volume BTC yang disimpan di semua bursa turun awal bulan ini ke level terendah sejak 2018 dan kesulitan untuk pulih. Menurut CryptoQuant, pada 12 Agustus, saat harga BTC turun transaksi perdagangan hanya 112.317 BTC, level terendah sejak 10 November 2018.
Ia pun menilai dalam jangka pendek sulit memprediksi kenaikan harga BTC kembali terjadi. Saat ini pelaku pasar telah menunjukkan tanda-tanda antisipasi terhadap sikap The Fed yang mengharuskan mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam konteks data ekonomi yang kuat.
Oleh karena itu, investor akan mencermati rilis data CPI bulan Agustus pada Rabu (13/9) malam nanti. Ini untuk menilai keputusan bank sentral mendatang pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan antara 19-20 September 2023.
Sebagai perbandingan, ekspektasi pasar yang lebih luas bahwa CPI untuk bulan Agustus meningkat sebesar 0,6%, sedangkan inflasi umum untuk bulan Agustus diperkirakan akan mencapai sekitar 3,6% YoY. "Bila inflasi mengalami kenaikan, bahkan jika di atas ekspektasi pasar maka pasar keuangan risk asset, salah satunya yakni kripto akan ditinggalkan oleh investor," paparnya.
Di sisi lain, pelaku pasar sedang mencerna kemungkinan FTX mendapatkan persetujuan dari pengadilan untuk menjual aset dari kepemilikan kripto senilai US$ 3,4 miliar. Dampak yang sangat signifikan terjadi pada Solana karena FTX memegang token tersebut senilai US$ 1,16 miliar.
Baca Juga: Tangkap Peluang Saat Pasar Kripto Terkoreksi dengan Strategi Buy The Dip
Angka tersebut hampir 16% dari pasokan yang beredar. Hal ini yang membuat investor cenderung wait and see.
Pelemahan ini semakin memperburuk tren pelemahan kripto pada bulan September. Untuk diketahui, September adalah bulan yang secara historis penuh gejolak untuk aset digital, dengan BTC mencetak imbal hasil negatif setiap tahun sejak 2016, menurut data Coinglass.
Meski begitu, Fyqieh melihat masih ada sejumlah sentimen positif yang bisa menjadi katalisasi pergerakan harga BTC naik di masa depan. Pertama persetujuan Bitcoin ETF.
Menurutnya, kemenangan Grayscale dalam persidangan melawan SEC telah menciptakan keyakinan baru dalam kalangan pelaku pasar. Ini menunjukkan bahwa regulator semakin terbuka terhadap produk-produk kripto yang dapat mendorong sentimen positif dan minat lebih lanjut dari investor.
Kedua, peningkatan minat institusional. Fyqieh mengatakan, terus bertambahnya minat dari investor institusional, terutama jika Bitcoin ETF disetujui dapat memberikan dorongan signifikan pada harga Bitcoin.
"Partisipasi investor institusional bisa meningkatkan stabilitas pasar dan memberikan dukungan jangka panjang pada harga," katanya.
Ketiga, adopsi yang terus berkembang. Semakin banyak perusahaan dan entitas yang mengadopsi BTC sebagai bentuk pembayaran atau investasi dapat menciptakan ekspektasi positif terhadap pertumbuhan jangka panjang Bitcoin, yang pada gilirannya dapat mendukung kenaikan harga.
Sebaliknya, sentimen yang dapat menghambat lajunya di masa depan. Pertama, rencana pembagian BTC milik nasabah oleh Mt.Gox bisa mempengaruhi harga karena peningkatan pasokan di pasar. Ini bisa menimbulkan kekhawatiran akan penurunan harga.
Baca Juga: Bitcoin Stagnan Akibat Ketidakpastian di Pasar Kripto, Bagaimana Prospek Selanjutnya?
Kedua, perubahan kebijakan suku bunga. Menurut Fyqieh, jika Federal Reserve (The Fed) AS memutuskan untuk menaikkan suku bunga, ini bisa memicu aliran modal ke aset dengan risiko yang lebih rendah sehingga berpotensi dapat mempengaruhi harga BTC.
Selanjutnya, perkembangan regulasi. Perubahan atau tidak pastinya dalam regulasi kripto di berbagai yurisdiksi bisa menyebabkan ketidakpastian di pasar dan dampak negatif pada harga.
"Selain faktor-faktor ini, acara penting seperti pembahasan potensi ETF Blackrock dan perkembangan persidangan lainnya yang melibatkan perusahaan besar, termasuk Ripple, Binance dan Coinbase akan menjadi pusat perhatian," jelasnya.
Dengan berbagai hal tersebut, ia menuturkan bahwa perkiraan harga BTC di akhir tahun 2023 sangat rumit dan penuh ketidakpastian. Namun, secara teknikal BTC diperkirakan dapat mencapai kisaran harga sekitar US$ 35.000.
"Perlu mengingat bahwa pergerakan harga kripto dipengaruhi oleh berbagai faktor dinamis yang sulit diprediksi," sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News