Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pasar keuangan dalam negeri masih berpotensi tertekan pada periode kuartal kedua tahun ini. Tak hanya faktor global, domestik pun turut mempengaruhi. Hal ini turut berimbas pada tren pelemahan rupiah yang masih akan terus berlanjut di Kuartal II-2025.
Sementara itu aliran dana keluar atau capital outflow pada periode April-Juni tahun ini akan meningkat seiring dengan musim pembayaran dividen ke luar negeri, hingga pembayaran utang jatuh tempo pemerintah.
Bank Indonesia mencatat, dari data transaksi periode 21 hingga 24 Oktober 2024, aliran modal asing keluar dari pasar saham dan Sekuritas Supiah Bank Indonesia (SRBI). Namun asing tercatat masuk ke pasar obligasi RI.
"Terdiri dari jual neto Rp 4,78 triliun di pasar saham, beli neto Rp 1,20 triliun di pasar SBN, dan jual neto Rp 0,67 triliun di SRBI," tutur Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/3).
Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Melemah di Awal Pekan, Ini Sebabnya
Sementara itu, sejak awal tahun hingga 20 Maret 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 28,10 triliun di pasar saham, beli neto Rp 23,87 triliun di pasar SBN, dan beli neto sebesar Rp 8,58 triliun di SRBI.
Sementara itu pada sepanjang pekan ketiga Maret 2025, BI juga mencatat keluarnya aliran modal asing atau capital outflow sebesar Rp 4,25 triliun dari pasar keuangan lokal.
Keluarnya dana asing ini seiring dengan meningkatnya premi risiko investasi di Indonesia.
Melihat kondisi ini, sejumlah ekonom menyampaikan potensi aliran dana asing akan cenderung keluar dikarenakan banyaknya kewajiban pembayaran yang akan dilakukan pemerintah di Kuartal II-2025.
"Devisa kita yang jelas akan mengalir keluar untuk pembayaran deviden dan utang jatuh tempo. Rupiah Akan tertekan, berpotensi melemah. BI harus kerja keras menahan pelemahan rupiah," ungkap Piter Abdullah, Ekonom dan Direktur Sagara Research Institute kepada Kontan, Minggu 23/3).
Dengan berbagai kondisi tersebut, Piter memproyeksikan rupiah masih akan melampaui Rp 16.000 per dollar AS.
Sementara itu dengan ketidakpastian global seperti perang tarif dagang hingga dollar yang menguuat, membuat Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan tren rupiah masih akan tertekan.
"Idealnya rupiah akan berkisar Rp 16.500 di Kuartal Kedua," ungkapnya kepada Kontan.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (21/3) , mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp 16.501,5 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan saat itu dengan melemah 0,1% atau 16,5 poin dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau naik 0,18% ke posisi 104,03
Baca Juga: Rupiah Melemah 0,9% di Pekan Ini, Begini Proyeksi di Minggu Depan
Selanjutnya: Faktor Internal Lebih Banyak Berperan Terhadap Kenaikan Risiko Investasi Indonesia
Menarik Dibaca: Komunitas Kampus Saham Gencar Edukasi Investasi Saham Bertanggungjawab
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News