Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar saham pada tahun depan dinilai akan berfluktuatif. Sejumlah sentimen dinilai akan mewarnai pergerakan pasar tahun depan.
CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat, ada 3 tantangan utama yang dihadapi dalam berInvestasi di tahun depan.
Pertama, kebijakan moneter yang masih relatif ketat. Potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed masih ada karena laju inflasi di AS yang masih relatif tinggi dari target inflasi jangka panjang di level 2%, meskipun saat ini sudah relatif menurun.
Baca Juga: Pada Tahun Depan, Pertamina International Shipping Targetkan Kinerja Naik 7%
Kedua, kebijakan moneter ketat dan ketidakpastian ekonomi global berpotensi memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, isu geopolitik di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina masih memicu lonjakan harga komoditas, khususnya energi minyak mentah dan batubara sekaligus berpotensi memicu inflasi dari energi.
“Kondisi pasar modal di tahun 2023 diperkirakan cukup fluktuatif dan berlangsung 2 tahap,” kata Praska kepada Kontan.co.id, Sabtu (31/12).
Diperkirakan, sepanjang semester I-2023, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) akan lebih volatile karena kebijakan suku bunga acuan yang masih tinggi serta ancaman perlambatan ekonomi.
Baca Juga: Duo Pemilik Djarum Kuasai Aset Saham Senilai Rp 630,85 Triliun, Melejit 15,87 Persen
Dalam kondisi seperti ini, Praska menyarankan portofolio investasi dengan porsi sebagai berikut. Instrumen pasar uang sebesar 20%, Obligasi (SBN tenor pendek-menengah dan korporasi minimal rating A) sebesar 50%, dan saham sebesar 30%.
Kemudian, sepanjang semester II-2023, IHSG diperkirakan mulai pulih seiring ekspektasi pemulihan ekonomi kembali terjadi di 2024.
Di sisi lain, ada efek momentum pemilihan umum (pemilu), dimana program-program calon presiden dan wakil presiden diperkirakan mulai terlihat di sepanjang semester II-2023.
Baca Juga: OJK Memperketat Penempatan Investasi Industri Asuransi ke Perusahaan Afiliasi
Ada juga peluang penyesuaian kebijakan moneter yang lebih longgar dari suku bunga, karena melihat laju inflasi yang diproyeksi mulai semakin landai.
Pertimbangan yang wajib dilakukan investor tahun 2023 yakni strategi yang konservatif ke moderat di sepanjang semester I-2023 serta fokus pada sektor-sektor emiten yang masih memiliki pertumbuhan di era kebijakan moneter ketat dan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi domestik.
Kemudian menerapkan market timing berdasarkan tren harga dan kondisi ekonomi saat berinvestasi untuk mengantisipasi fluktuasi pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News