Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah semakin tak terkendali. Kamis (19/3), 13.45 WIB, rupiah di pasar spot sudah menyentuh 15.585 per dolar Amerika Serikat (AS).
Posisi ini membuat mata uang Garuda melemah 2,32% dibanding hari sebelumnya di Rp 15.223 per dolar AS. Ini juga menjadi level terendah bagi rupiah sejak 17 Juni 1998 silam.
Kala itu, rupiah ada di level Rp 16.650 per dolar AS. Namun, sehari berikutnya, tepatnya pada 18 Juni 1998, rupiah bangkit dan berada di level Rp 14.500 per dolar AS.
Sejak awal tahun, posisi rupiah sudah melemah 12,40% terhadap the greenback.
Alhasil, yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun pun naik menjadi 7,764%. Padahal di hari sebelumnya, yield SUN acuan tenor 10 tahun yakni FR0082 ada di 7,589%.
Baca Juga: IHSG anjlok 5,35% ke 4.099,09 pada akhir perdagangan sesi I hari ini
Pelemahan rupiah terjadi setelah lonjakan kematian akibat virus corona terjadi. Bahkan di antara negara Asia Tenggara, tingkat kematian akibat virus corona di Indonesia adalah yang tertinggi.
"Pergerakan mata uang di negara yang memiliki risiko penularan virus corona meningkat seperti Indonesia, mungkin masih melihat pergerakan mata uangnya volatil untuk sementara," kara Yanxi Tan, ahli strategi Valasi di Malayan Banking Bhd.
Dengan rupiah yang bergerak volatil, Bank Indonesia diprediksi akan pangkas suku bunga acuan. Dari 26 ekonom yang disurvei Bloomberg, 17 memprediksi bank sentral akan pangkas suku bunga. Di mana 15 memperkirakan pemangkasan 25 bps dan sisanya 50 bps.
Pelemahan rupiah sejalan dengan bursa saham Indonesia yang juga terpuruk. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melemah dan kini berada di level 4.095,801.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News