kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Para konglomerat hadapi tantangan berat


Senin, 04 November 2013 / 07:45 WIB
Para konglomerat hadapi tantangan berat
ILUSTRASI. Promo Pizza Hut terbaru mulai 20 Juni sampai 31 Juli 2022 untuk personal pan pizza semua topping dengan harga hemat hanya Rp 40.000-an saja.


Reporter: Yuwono Triatmodjo, Veri Nurhansyah Tragistina, Narita Indrastiti, Sofyan Nur Hidayat, Cindy Silviana Sukma | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Boleh jadi, tahun ini menjadi tahun yang cukup berat bagi para emiten Bursa Efek Indonesia (BEI). Perlambatan ekonomi, pelemahan rupiah, lonjakan inflasi dan bunga, kenaikan upah buruh, serta pelemahan harga komoditas adalah sederet beban yang ditanggung emiten.

Tak heran, kinerja sejumlah konglomerasi bisnis melambat, bahkan menurun di tahun ini. Lihat saja, penurunan kinerja emiten yang tergabung dalam Grup Astra. Hingga kuartal III 2013, laba bersih  PT Astra International Tbk (ASII), induk bisnis Grup Astra, turun 8,25% year on year (yoy) menjadi
Rp 13,46 triliun.

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Robertus Hardy melihat, kontribusi paling dominan bagi Grup Astra berasal dari bisnis otomotif, alat berat, dan komoditas. Tapi, karena bisnis perkebunan dan alat berat melemah, otomatis kinerja ASII pun tergerus.

Dus, ASII tinggal mengandalkan penjualan otomotif untuk mendongkrak kinerja.Untungnya, otomotif, kata Robertus, masih akan tumbuh meski ada pengetatan aturan uang muka kredit otomotif.

Grup Salim juga menghadapi tantangan berat. Laba bersih induk bisnis Grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) turun 24,71% jadi
Rp 1,92 triliun di kuartal III.

Selain lonjakan beban gaji,  INDF juga menanggung kenaikan beban bahan baku yang tinggi akibat depresiasi rupiah. Maklum, bahan baku INDF seperti gandum masih banyak dipasok dari luar negeri.

Kinerja emiten Grup Bakrie juga kian terpuruk. PT Bakrie Brothers Tbk, misalnya, di kuartal III 2013, merugi sebesar Rp 750,79 miliar.

Dibandingkan konglomerasi bisnis lain, kinerja emiten Grup Lippo terbilang paling mentereng. Per September 2013, rata-rata kenaikan laba bersih delapan emiten Grup Lippo mencapai 370,99%.

Lonjakan laba tertinggi dibukukan PT Multipolar Tbk (MLPL), yakni sebesar 2.394,96%. Ini sebagai buntut penjualan 4,4% saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF). Jika tanpa mengakumulasi laba MLPL, tujuh emiten Lippo masih mencetak pertumbuhan laba 81,85%.

Bisnis kesehatan di bawah kendali PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menjadi andalan baru Grup Lippo. Pendapatan healthcare Lippo naik 47% menjadi Rp 1,83 triliun.

Kinerja emiten Grup Sinarmas juga masih cukup baik, meski sejumlah emiten grup ini merugi. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) menjadi mesin bisnis Sinarmas. "BSDE masih menjadi tumpuan Grup Sinarmas," kata analis Net Sekuritas, Fadli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×