Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Batalnya PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) terbitkan obligasi global menuai sejumlah pertanyaan. Kupon 7,25% yang ditawarkan untuk surat utang bernilai US$ 300 juta sebenarnya sangat menarik.
Head of Fixed Income Research MNC Sekuritas I Made Ade Saputra menjelaskan, dalam memilih aset obligasi global, investor asing akan membandingkan peringkat perusahaan penerbit dengan perusahaan-perusahaan global lain. Apalagi mengingat peringkat Indonesia adalah investment grade BBB-, maka peringkat obligasi korporasi global yang terbit dari sini tidak akan menyalip peringkat tersebut.
"Patokan tertingginya kan obligasi pemerintah dan peringkat Indonesia di BBB-, jadi mesti di bawahnya atau setidaknya sama, terlebih untuk BUMN," jelas Made saat dihubungi Kontan.co.id, hari ini.
Dengan demikian, peringkat B1 dan B- yang disematkan pada SSMS bisa jadi mengindikasikan risiko yang membuat obligasi urung terbit. Menurut Made, tidak mengherankan bila dengan peringkat tersebut investor malah akan meminta kupon hingga 8,5% atau mencapai 9%.
Lain lagi, Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan bahwa bisa jadi emiten berusaha menghindari risiko beban bakal melebar karena takut tergerus oleh prospek bayar kupon yang terlalu besar. "Bisa juga karena dia lihat ketika mengajukan penawaran keluar, dia melihat cost of fund-nya besar dan bakal membebani keuangan," jelas nya.
Bandingkan Peringkat
Sejumlah obligasi global yang telah terbit pada tahun 2017 memang tidak ada surat utang global yang melampaui level BBB- Investment Grade Indonesia. Tengok saja obligasi global milik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) senilai US$ 300 juta yang terbit pada 8 November lalu. Surat utang ini mendapatkan peringkat Fitch BB- dan ditawarkan dengan kupon 4,95% dan jatuh tempo pada tahun 2024.
Ada juga obligasi global PT Perusahaan Listrik Negara senilai US$ 1,5 miliar yang terbit pada 15 Maret lalu. Fitch memberikan peringkat BBB- dan surat utang ini ditawarkan dengan kupon 4,13%. Selain itu ada obligasi terbitan PT ABM Investama Tbk senilai US$ 300 juta dengan peringkat BB-, surat utang ini ditawarkan dengan kupon 7,75%.
Menurut Desmon, semakin bagus peringkat yang disematkan otomatis menunjukkan risiko menjadi lebih rendah, lantas kupon menjadi lebih kecil. Kebalikannya, bila peringkat rendah maka investor akan menagih imbal yang lebih besar dan menyebabkan kupon membesar.
Mengenai kupon ideal, Desmon melanjutkan investor akan mengejar kombinasi peringkat negara, peringkat surat utang, kupon dan membandingkannya terlebih dahulu dengan tawaran dari negara lain. "Investor asing akan melihat rating negara, sektor yang setara dan kupon yang tertinggi, harus ada perbandingan global makro agar bisa mengambil keputusan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News