Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten yang bergerak di usaha pertambangan batubara telah merilis laporan keuangan untuk periode semester I-2020. Hasilnya, sejumlah emiten ini ada yang mencatatkan penurunan kinerja keuangan, ada pula yang masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan/atau laba bersih.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 652,62 juta di semester I-2020. Jumlah ini turun 26,89% (yoy) dibandingkan nilai pendapatan bersih perusahaan di semester I-2019 sebesar US$ 892,70 juta.
Baca Juga: Bisnis hotel Surya Semesta Internusa (SSIA) mulai pulih sejak kembali dibuka
Hasil ini diikuti pula dengan penyusutan laba bersih ITMG hingga 57,80% (yoy) menjadi US$ 29,80 juta di semester I-2020.
PT United Tractors Tbk (UNTR) juga membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih. Entitas grup Astra ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 33,19 miliar, turun 23% secara tahunan. Alhasil, UNTR mengempit laba bersih senilai Rp 4,1 triliun. Realisasi ini turun 28% secara tahunan.
Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan, kinerja UNTR secara keseluruhan memang terdampak harga batubara yang melemah dan meluasnya pagebluk Covid-19. “Kami upayakan mempertahankan produktivitas, namun tentu pada akhirnya tergantung kemampuan pasar itu sendiri,” ujar Sara.
Untuk diketahui, UNTR memiliki lini bisnis kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (Pama) serta lini bisnis pertambangan batu bara yang dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Per semester I-2020, Pama membukukan pendapatan bersih sebesar Rp15,1 triliun atau turun sebesar 22%, sementara TTA membukukan pendapatan senilai Rp 6,1 triliun atau turun 11% secara tahunan.
Baca Juga: Terdampak pandemi, Nusa Raya Cipta (NRCA) revisi target kontrak baru di 2020
PT ABM Investama Tbk (ABMM) bahkan membukukan kerugian bersih senilai US$ 3,42 juta di semester I-2020. Realisasi ini berbanding terbalik dengan kinerja pada semester I-2019 dimana ABMM masih membukukan laba bersih senilai US$ 5,23 juta.
Rindra Donovan, Sekretaris Perusahaan ABM Investama mengamini kinerja ABMM pada semester I-2020 terdampak harga batubara yang merosot.
Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan mengestimasi, harga rata-rata batubara acuan Newcastle di tahun ini akan berada di level US$ 58 per metrik ton. Namun, estimasi ini masih memungkinkan adanya revisi, tergantung dari kondisi harga batubara hingga kuartal ketiga 2020.
“Namun, jika dibandingkan dengan harga di 2019, harga batubara diestimasi menurun sekitar 26% secara year-on-year (YoY),” ujar Meilki kepada Kontan.co.id, Rabu (12/8).
Baca Juga: Harga batubara lesu, ini strategi ABM Investama (ABMM) menjaga kinerja
Estimasi lesunya harga batubara di tahun ini dengan basis asumsi akan ada kelebihan pasokan untuk batubara di dalam negeri, sementara impor batubara yang berasal dari China tidak akan banyak meningkat.
Di samping itu, Meilki mengestimasi untuk permintaan impor batubara dari India pasti akan menurun di 2020 karena efek dari lesunya ekonomi akibat pandemi. “Dengan begitu, saya masih pesimis untuk harga batubara akan naik hingga akhir tahun 2020,” sambung dia.
Dengan demikian, Meilki mengestimasi kinerja keuangan sejumlah emiten batubara yang berada di bawah cakupan analisisnya, seperti UNTR dan juga PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan menurun di tahun ini. Hal ini tidak terlepas dari potensi harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) yang juga akan lebih rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News