kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandangan MI terhadap rebalancing pada IDX30, IDX80 dan LQ45


Selasa, 27 Juli 2021 / 22:07 WIB
Pandangan MI terhadap rebalancing pada IDX30, IDX80 dan LQ45
ILUSTRASI. Reksadana indeks


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembobotan ulang atau rebalancing yang dilakukan Bursa Efek Indonesia terhadap sejumlah indeks termasuk LQ45, IDX30 dan IDX80 turut mempengaruhi kinerja reksadana indeks. Para manajer investasi juga bersiap mengatur ulang portofolio reksadana saham mereka yang mengacu pada indeks tersebut.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan reksadana indeks hanya bisa memiliki aset saham yang menjadi anggota indeks, sehingga perubahan anggota indeks dari BEI juga harus diikuti manajer investasi (MI) terhadap produk reksadana indeks.

Reksadana indeks diatur minimal harus memiliki konstituen saham anggota indeks sebesar 80%.

"Para MI bisa mengeluarkan saham yang menurut kami tidak sesuai dengan strategi atau bisa digantikan dengan memperbesar bobot konstituen saham. Jadi kalau 1 saham bobot di suatu indeksnya 10%, aturannya MI bisa memasang bobot saham 80%-120% yang berarti bisa sekitar 8%-12%," kata dia.

Baca Juga: Ada kocok ulang indeks saham, ini yang perlu diperhatikan investor

Dalam melakukan rebalancing, Rudiyanto mengatakan bisa membutuhkan waktu lebih dari satu hari tergantung pada jumlah kepemilikan saham tersebut.

Dia mencontohkan, bila harus menjual saham yang ikut keluar dari indeks dengan nilai Rp 5 miliar-Rp 10 miliar, ini bisa dalam sehari dilakukan karena termasuk nilai yang kecil.

Berbeda, bila harus menjual saham senilai Rp 50 miliar-Rp 70 miliar, ini harus dicicil. "Likuiditas saham turut berpengaruh dalam proses rebalancing, harga saham bisa jadi menurun jika dijual langsung, jadi harus dicicil," jelas Rudiyanto.

Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengatakan reksadana saham konvensional yang dikelola aktif juga bisa terpengaruh rebalancing indeks.

Namun, khusus reksadana tersebut, MI masih dapat mempertahankan komposisi anggota indeks yang lama karena masing-masing MI memiliki kebijakan dan strategi pengelolaannya masing-masing.

Fundamental saham

Saham-saham baru yang masuk dalam tiga indeks yang mengalami rebalancing, dinilai Ika memiliki likuiditas yang baik dan memberi sentimen positif pada prospek reksadana indeks. Secara sektor anggota saham baru di IDX30 dan LQ45 banyak datang dari sektor komoditas dan ada dari sektor kesehatan.

Ika menilai harga komoditas masih dalam tren naik dan memberi sentimen positif pada sektor ini. Sementara, sektor kesehatan juga masih menarik di tengah pandemi yang belum mereda.

"Reksadana indeks lagging vs IHSG potensi rebound cukup tinggi terutama ketika investor asing terlihat mulai masuk ke saham-saham big cap," tegas Ika.

Rudiyanto juga melihat ada potensi kenaikan harga saham di sektor komoditas yang kini memiliki valuasi murah tetapi harga komoditas sudah dalam tren naik.

Baca Juga: TINS dan BRPT masuk jajaran LQ45, begini prospek dan rekomendasi sahamnya

"Kinerja reksadana indeks berpotensi tumbuh signifikan bila pasar beralih pada valuasi yang rendah di sektor komoditas, tetapi jika IHSG masih rally karena saham teknologi maka kinerja reksadana indeks bisa tertinggal dari IHSG," ujar dia.

Sekedar informasi, saham teknologi tidak masuk dalam pembobotan indeks yang baru, padahal saham tersebut belakangan berhasil membawa IHSG naik. Rudiyanto memandang BEI tidak hanya fokus memasukkan saham teknologi yang sedang digandrungi tetapi juga memperhatikan fundamental serta laporan keuangan emiten.

Selanjutnya: ADB pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 menjadi 4,1%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×