kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panca Budi Idaman (PBID) sebut bisnis belum terdampak meski harga minyak turun


Selasa, 29 Januari 2019 / 17:11 WIB
Panca Budi Idaman (PBID) sebut bisnis belum terdampak meski harga minyak turun


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Awal tahun 2019 ini harga minyak dunia mencapai level rendah sekitar US$ 50 - US$ 60 per barrel, jika dibandingkan dengan harga minyak dunia di tahun kemarin yang mencapai level US$ 70 per barrel. Hal ini ditengarai berimplikasi pada industri petrokimia, khususnya sektor hilir yang memproduksi plastik.

Mengenai fluktuasi harga minyak menurut Tan Hendra, Direktur PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID), tidak berkorelasi terlalu langsung dengan bisnis plastik. Produsen kantung plastik ini menilai ketersediaaan bahan baku plastik dan barang jadi mempunyai supply dan demand nya tersendiri.

"Fluktuasi harga minyak memang berkolerasi terhadap harga bahan baku namun berkolerasi tidak langsung karena dalam waktu beberapa tahun belakangan ini, bahan baku biji plastik bukan hanya dari minyak tetapi dapat diproduksi dari gas, batubara," urainya kepada Kontan.co.id, Selasa (29/1).

Sayangnya ia tak menerangkan lebih lanjut, jenis bahan baku plastik apa yang mayoritas digunakan pabrikan. Hanya saja Tan mengakui harga biji plastik saat ini cukup kompetitif.

Hal tersebut tak terlepas, menurutnya, dengan peningkatan kapasitas produksi dari beberapa industri hulu yakni produsen biji plastik di berbagai negara. "Membuat harga biji plastik lebih kompetitif," terangnya.

Di samping itu menurut Tan, konsumen kantung plastik juga tidak terlalu terpengaruh atau inelastis terhadap perubahan harga jual produk barang jadi. Adapun PBID memasok bahan baku dari berbagai macam supplier, salah satunya mengintip laporan keuangan kuartal tiga tahun 2018 kemarin berasal dari Chevron Phillips Chemicals Asia Pte Ltd sejumlah Rp 160,18 miliar. Di periode tersebut jumlah beban produksi meningkat 28% year on year (yoy) menjadi Rp 1,45 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×