Reporter: Dina Farisah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Emas kalah saing melawan dollar Amerika Serikat (AS). Alhasil, harga logam mulia ini terdepak ke posisi terendah enam pekan. Mengutip Bloomberg, Jumat (1/5), harga emas kontrak pengiriman Juni 2015 turun 0,67% ke level US$ 1.174,5 per ons troi. Ini harga terendah sejak 19 Maret lalu.
Dalam sepekan, harga emas terkoreksi 0,04%. Harga emas tergerus setelah hasil pertemuan dewan moneter Bank Sentral AS (FOMC meeting) menunjukkan optimisme pemulihan ekonomi AS.
Data-data yang kurang solid diyakini hanya berlangsung sementara. Buktinya, jumlah klaim tunjangan pengangguran pekan terakhir lebih rendah dari perkiraan. Optimisme ini menjaga ekspektasi kenaikan suku bunga tahun ini. "Ini bagaikan momok bagi emas karena kenaikan suku bunga menjadikan emas tidak menarik,” ucap George Gero, strategi logam di RBC Capital Markets kepada Bloomberg, Jumat (30/4).
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Faisyal menjelaskan, pekan lalu, emas sempat reli signifikan menjelang pertemuan FOMC. Pelaku pasar mengantisipasi hasil pertemuan Bank AS. Kala itu, emas di pasar spot bertengger di level US$ 1.213 per ons troi. Namun, reli harga emas tak bertahan lama. Harga logam mulia kalah saing dibandingkan dollar AS.
Pernyataan The Fed yang optimistis kembali memperkuat spekulasi Bank Sentral masih pada jalur untuk mengerek suku bunga. "Ini menyokong dollar, sehingga emas masih tren melemah," papar Faisyal.
Tren masih lemah Perkiraan Faisyal, tren bearish masih akan berlanjut pada pekan ini. "Peluang The Fed menaikkan suku bunga masih terbuka pada bulan Juni apabila data ekonomi AS terus membaik,” ujarnya.
Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, selain sentimen pernyataan The Fed, pamor harga emas juga melemah setelah kekhawatiran terhadap gagal bayar utang Yunani mereda.
Meski demikian, koreksi harga emas relatif terbatas. Apabila harga mampu bergerak di atas US$ 1.191,90 per ons troi, harga emas masih punya harapan naik menuju US$ 1.200,” proyeksinya. Menurut Deddy, secara teknikal pergerakan harga emas terlihat bervariasi, tapi relatif terbatas. Harga berada di bawah moving average (MA) 100 dan 200.
Indikator stochastic berada di level 48%. Pergerakan di bawah 50% menunjukkan masih ada risiko penurunan. Hanya, moving average convergence divergence (MACD) sudah berada di area positif, yaitu 0,44.
Lalu, relative strength index (RSI) bergerak naik menuju 52%. Deddy memprediksi, sepekan ini, harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.170 hingga US$ 1.214,9 per ons troi. Sementara, Faisyal menebak, sepekan ini, emas spot bisa menuju support US$ 1.170, dengan resistance US$ 1.225 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News