Reporter: Yuwono Triatmodjo, Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Menjelang tutup tahun 2013, dua emiten mencoba mencari pendanaan dari penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Dua emiten itu adalah PT Provident Agro Tbk (PALM) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP).
Yang menarik adalah rencana rights issue PALM. Demi membayar utang, emiten milik Grup Saratoga itu akan menerbitkan maksimum 2,11 miliar saham, setara 30% dari modal ditempatkan dan disetor setelah rights issue. Rasio rights issue 7:3. Ini artinya pemilik tujuh saham lama bisa membeli tiga saham baru.
Dengan mematok harga rights issue di Rp 395-Rp 440 per saham, PALM mengincar dana segar hingga Rp 929,27 miliar.
Penggunaan dana rights issue PALM, pertama, senilai US$ 12,5 juta atau setara Rp 141,35 miliar untuk mengambil alih perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kedua, senilai US$ 15 juta atau setara Rp 169,62 miliar dialokasikan bagi modal kerja anak usaha.
Ketiga, sisa dana rights issue yang bernilai sekitar Rp 618,30 miliar, akan digunakan PALM untuk menyelesaikan sebagian utang yang timbul dari akuisisi seluruh saham PT Nusaraya Permai (NRP) dan PT Alam Permai (AP) dari PT Hamparan Karunia Nusantara (HKN), Mei 2013 lalu. PALM mengakuisisi perusahaan itu lewat PT Provident Capital Nusantara.
Dalam laporan keuangan per Juni 2013, tercatat utangĀ PALM kepada HKN sebesar US$ 56,36 juta atau setara Rp 559,65 miliar.
PALM tak menunjuk pembeli siaga dalam rights issue ini. Cuma, pemegang saham utama PALM, yakni PT Provident Capital Indonesia (PCI) dan PT Saratoga Sentra Business (SSB) sudah menyatakan niatnya untuk mengeksekusi sebagian haknya dalam rights issue tersebut.
Dalam prospektus rights issue PALM yang dirilis, Kamis (24/10), PCI dan SSB masing-masing akan mengeksekusi hingga US$ 6,25 juta, atau setara Rp 70,68 miliar, dengan memakai kurs tengah Bank Indonesia per 18 Oktober di Rp 11.308 per dollar AS. PCI dan SSB masing-masing memiliki 43,3% saham PALM. PALM akan meminta izin aksi ini dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), 22 November.
Sementara PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan menambah jumlah saham rights issue dari 2,916 miliar saham menjadi 2,923 miliar saham. Harga rights issue tetap dipatok di level Rp 1.200 per saham, sehingga potensi raihan dana yang bisa diraup NISP meningkat dari Rp 3,49 triliun, menjadi Rp 3,5 triliun.
Direktur Utama NISP Parwati Surjaudaja bilang, ada perubahan perhitungan, sehingga NISP menambah jumlah saham rights issue.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News